Search

Pendalaman Alkitab Yunus 3:1-4:11 Bekerja untuk TUHAN dengan Sukacita

 

Yunus 3:10-4:11

Seandainya Saudara bertanya kepada orang yang Anda kenal dengan pertanyaan, “Apakah Anda mencintai dan menikmati pekerjaanmu?”, kira-kira apa jawaban yang Anda dapatkan?

Nah, apakah Saudara mencintai pekerjaanmu? Apakah Saudara mencintai tugasmu sehari-hari? Pernahkah Saudara ingin melarikan diri pekerjaan dan tugasmu sehari-hari?

 

1.  Oops! Melarikan Diri dari Pekerjaan

TUHAN menugaskan Yunus bin Amitai (2 Raj. 14:25) ke Niniwe, ibukota Asyur sebab kejahatan mereka telah sampai kepada TUHAN. Yunus memilih pergi dari panggilan Tuhan sejauh mungkin - “jauh dari hadapan TUHAN” (Yun. 1:3).  Yunus membayar biaya perjalanan dan turun ke dalam kapal. Apabila kita menolak panggilan Tuhan, kita harus membayar harga atas pilihan kita. Namun apabila kita menaati panggilan-Nya, maka Kristus telah membayar biaya perjalanannya.

Bayangkan Saudara adalah seorang rabi Yahudi. Pada tahun 1941, Saudara diutus Tuhan ke Berlin untuk berkhotbah kepada tentara Nazi dan Adolf Hiitler agar mereka bertobat. Maukah Saudara berangkat? Bukankah itu sama dengan misi bunuh diri?

Kita memilih jalan hidup sendiri karena kita merasa lebih tahu. Kita ingin menentukan makna dan tujuan hidup kita. Kita cenderung merasa lebih tahu soal makna dan tujuan kehidupan. Kita memilih menempuh jalan kehidupan sendiri. Amsal 26:12 mengatakan, “Jika engkau melihat orang yang menganggap dirinya bijak, harapan bagi orang bebal lebih banyak daripada orang itu” Kitab Hikmat menegaskan bahwa orang bebal adalah orang yang sangat bodoh. Orang yang menganggap dirinya bijak adalah orang yang lebih bodoh dari orang bebal.

Kita tidak selalu menyukai pekerjaan yang Tuhan percayakan kepada kita. Adam dan Hawa berpendapat, “Tuhan tidak dapat dipercaya. Kita seharusnya mengejar kebahagiaan menurut pandangan kita”. Yunus juga berpendapat serupa, “Tuhan tidak dapat dipercaya. Lebih baik saya memilih jalan hidupku sendiri dengan caraku sendiri.”

We don’t always do what we love,  but we can love what we do

 

2. Ugh! Mending Tidur Aja!

Yunus melarikan diri sejauh mungkin dari panggilannya. Dia turun ke kapal, dan turun lagi ke bagian bawah kapal. Yunus kesal dan jengkel. Yunus memilih tidur!

Kita dapat melarikan diri dari TUHAN, tetapi kita tidak dapat bersembunyi dari Dia. TUHAN mendatangkan badai yang menyebabkan kapal itu “hampir-hampir terpukul hancur” (Yun. 1:4).

  • Para pelaut berjuang keras untuk menyelamatkan kapal dengan berdoa kepada allah mereka masing-masing hingga berteriak-teriak dan membuang segala muatan kapal ke laut (Yun. 1:5).  Mereka harus membuang berbagai barang-barang yang mahal ke dalam laut.
  • Kontras dengan para pelaut, Yunus turun ke dalam ruang bawah kapal dan tidur dengan nyenyak (Yun. 1:5b).

Ketika ditanya soal pekerjaannya, Yunus tidak menjawabnya. Yunus hanya mengatakan bahwa dia seorang Ibrani.

 

3. Aha! Terdesak untuk Mencintai!

Satu hal yang menarik perhatian saya. Yunus tidak peduli dengan keselamatan penduduk Niniwe, tetapi dia peduli dengan keselamatan orang-orang di atas kapal. Ketika ditanya apa yang harus mereka lakukan, Yunus menjawab, “Campakkanlah aku ke dalam laut!” Yunus berubah dari “I don’t care” menjadi “I care”

Karena terpaksa, Yunus melaksanakan tugasnya. “Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya” - Yunus 3:10.

Karena TUHAN tidak lagi murka terhadap Niniwe, Yunus sangat kecewa. dan marah. Yunus mempunyai sebuah kebiasaan - setiap kali dia marah dia akan tidur. Yunus marah! Dia berteriak bahwa hidupnya tidak bermakna.

Mengapa Yunus sedemikian kecewa karena TUHAN mengampuni Niniwe?  Niniwe terkenal dengan kekejaman mereka.

Asurnasirpal II mengatakan,

Aku menguliti para bangsawan yang memberontak melawan aku. Aku memenggal kepala mereka dan menyusunnya menjadi sebuah menara di kota mereka. Aku membakar anak-anak mereka. Aku memenggal tangan, kaki serta memotong hidung dan telinga mereka. Aku mencungkil mata mereka. Aku memajang kepala mereka di pohon-pohon.

I flayed [the skin from] as many nobles as had rebelled against me [and] draped their skins over the pile [of corpses].… I cut off the heads of their fighters [and] built [with them] a tower before their city. I burnt their adolescent boys [and] girls.… I captured many troops alive: I cut off of some their arms [and] hands; I cut off of others their noses, ears, [and] extremities. I gouged out the eyes of many troops. I made one pile of the living [and] one of the heads. I hung their heads on trees around the city.

Bruckner, James. Jonah, Nahum, Habakkuk, Zephaniah (The NIV Application Commentary) (p. 29). Zondervan Academic. Kindle Edition.

  • Kematian Asurnasirpal II (859 SM)
  • Kematian raja Yerobeam II (746 SM)
  • Nahum berkhotbah tentang kejatuhan Niniwe (615 SM)
  • Kejatuhan Niniwe (612 SM)

Mungkin Yunus berkhotbah di Niniwe sekitar tahun 700-an SM. TUHAN memberikan kesempatan orang-orang Niniwe yang sangat kejam untuk bertobat. Namun tahun 612 SM, TUHAN memusnahkan mereka.

Yunus tidak mengetahui bahwa di kemudian hari, TUHAN akan mengutus Nahum untuk bernubat tentang kejatuhan Niniwe. Yunus berharap orang-orang Niniwe mengusir dia dan menolak firman yang Tuhan beritakan. Dengan demikan, orang Niniwe dimusnahkan TUHAN. Harapan Yunus tidak terjadi.

Betapa kita juga mengharapkan TUHAN menyingkirkan orang-orang tertentu dari kehidupan kita. Namun TUHAN tidak menuruti keinginan kita.

Yeremia termasuk nabi yang bergumul keras ketika melaksanakan pekerjaan yang dipercayakan Tuhan (Yer.  20:7-9). Ketika Abraham menerima perintah TUHAN untuk mempersembahkan Ishak, saya percaya Abraham tidak sependapat denganTUHAN. Namun Abraham menaati TUHAN. Those whom He calls, struggles with the call (Orang yang dipanggil TUHAN, bergumul akan panggilannya).

 

4. Mengapa kamu tidak mencintai pekerjaanmu?

Pertobatan Niniwe membuat Yunus gusar dan kesal. Yunus berkata, “Lebih baik aku mati daripada hidup” (Yun. 4:3).

Musa ingin mati karena orang-orang menolak firman Tuhan. Elia ingin mati karena orang-orang tidak mempercayai firman yang dia beritakan. Yunus ingin mati karena orang-orang menyambut firman Tuhan.

TUHAN kembali mendidik Yunus. TUHAN menumbuhkan tanaman, Yunus bergembira dan tertidur. Kemudian TUHAN mendatangkan ulat untuk memakan habis tanaman tersebut. Yunuspun marah dan berkata, “Lebih baik aku mati daripada hidup” (Yun. 4:8).

TUHAN menumbuhkan sebuah tanaman. Kemudian TUHAN mendatangkan seekor ulat yang kemudian memakan tanaman tersebut. Yunus tidak peduli pada penduduk Niniwe, tetapi peduli pada tanaman tersebut

Ketika Yunus memilih lari dari TUHAN, hidupnya digambarkan sebagai penurunan. Dia turun ke dalam kapal - ke bagian bawah kapal -  ke dalam laut -  ditelan ikan.

Kali ini TUHAN tidak mengirim badai untuk menegur Yunus. Jika dipikir-pikir, Yunus anak sulung dalam perumpamaan anak yang hilang, yang tidak mau masuk ke dalam rumah untuk merayakan kepulangan adiknya. Sang bapa harus bersikap tidak sopan terhadap para tamunya, yakni meninggalkan pesta dan pergi menemui anaknya yang sulung. Nah, di sini, Tuhan bagaikan Bapa yang menemui Yunus.

TUHAN mengajar, “Will you care for what I care? Apakah apa yang penting bagi-Ku juga penting bagimu?

 

5. Yeah! Akankah Anda mencintai pekerjaanmu?

Hatimu tertuju pada tanaman tersebut, sedangkan hati-Ku tertuju pada manusia.

Orang-orang Niniwe bertobat dari perbuatan mereka, tetapi mereka tidak menjalin relasi dengan TUHAN. Tanpa menjalin relasi dengan TUHAN, keagamaan menjadi sebuah ritual belaka.

Kesuksesan hidup ini tidak diukur dari pencapaian-pencapaian kita. Sebab setiap pencapaian adalah milik Allah,  bukan milik kita.  Kesuksesan diukur dari apakah kita dapat dipercaya.

Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai - 1 Kor. 4:1-2

Bekerja untuk TUHAN dengan sukacita berarti kita bekerja dengan sukacita meskipun tidak ada yang menghargai jerih payah kita. Bersukacita meskipun tidak mendapat penghargaan dan pujian dari orang banyak.

Kita akan bersukacita melakukan pekerjaan yang dipercayaan TUHAN kepada kita ketika kita bersedia tunduk pada TUHAN.Renungkan satu hal yang paling ingin Saudara kerjakan dalam hidup ini? Satu hal yang paling Anda cintai karena TUHAN juga mencintainya. Doakanlah hal yang Anda cintai tersebut.

Pastor Lan Yong Xing