Pendalaman Alkitab Untuk Siapa Kita Membaca Alkitab?
Pernahkah Anda membaca bagian tertentu dari Alkitab lalu merasa tidak mendapatkan apa-apa? Mengapa hal seperti ini bisa kita alami? Hal tersebut berkaitan dengan dua hal prinsip mengenai relasi kita dengan TUHAN.
Pertama, apakah bagi kita Alkitab merupakan firman Allah di mana Allah mengajar? Jika kita mempelajari dan merenungkan setiap bagian dari Alkitab sebagai firman Allah maka setiap bagian dari Alkitab pasti bermanfaat untuk kita. Sebab “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Tim. 3:16). Artinya, sekalipun kita membaca daftar silsilah yang berisi nama-nama yang asing bagi kita, kita tetap bisa mendapatkan pelajaran berharga darinya. Seperti betapa nama-nama ini berharga bagi TUHAN sehingga dicatat-Nya. Sebab nama-nama orang yang dicatat dalam kitab kehidupan akan selalu menyembah TUHAN. Firman TUHAN mengatakan, “Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih” (Why. 13:8).
Oleh sebab itu, kita harus membaca Alkitab dengan membacanya kitab per kitab dan bukan berpindah-pindah ayat atau hanya membaca bagian yang kita sukai saja. Kita harus menyadari bahwa Alkitab yang asli tidak ada pembagian pasal dan ayat. Setiap gulungan kitab adalah satu bagian yang tidak terpisahkan. Jika kita membaca Alkitab secara acak atau hanya membaca ayat atau bagian yang kita sukai saja, maka akan sangat sulit bagi kita untuk memahaminya dengan benar. Hal tersebut bagaikan menonton sebuah drama serial dengan terus melompati episodenya. Setiap bagian firman TUHAN bagaikan potongan puzzle yang saling melengkapi, saling menjelaskan dan saling mengonfirmasi.
Kedua, untuk siapa kita membaca Alkitab? Jika kita membaca Alkitab dengan sikap ego-sentris, maka memang kita akan berada dalam situasi merasa bagian tertentu dari Alkitab tidak bermanfaat untuk kita. Nah, menariknya adalah ketika kita membaca Alkitab untuk diri sendiri, kita cenderung mencari apa yang kita inginkan, atau harapkan. Kita menaruh fokus pada diri sendiri ketika kita membaca Alkitab. Well, perlu kita ketahui bahwa ada juga orang-orang yang membaca Alkitab untuk orang lain.
First and foremost, we have to read the Bible for God. Baru setelah kita membaca Alkitab demi TUHAN, kita baru bisa menerima pengajaran dari TUHAN. Membaca Alkitab untuk TUHAN artinya kita membaca untuk mengenal SIAPA TUHAN, pekerjaan-Nya, perintah-Nya, perasaan-Nya, pemikiran-Nya, apa yang Dia cintai, apa yang Dia benci dan seterusnya. Nah, justru ketika kita membaca Alkitab untuk TUHAN, kita baru bisa menerima sesuatu dari Dia.
Untuk itu, setiap kali kita membaca Alkitab kita perlu mengingat prinsip dasar bahwa Alkitab adalah firman Allah dan kita membacanya untuk Allah. Membaca firman TUHAN untuk Allah berarti kita tidak membacanya dengan kemampuan diri. Kita membacanya dengan mengandalkan pimpinan dan inspirasi Roh Kudus. Sebab Dialah yang menyediakan “inner light” agar kita dapat memahami firman Allah. Alkitab bukan sebuah text book spiritual. Paulus mengatakan, “Tetapi yang kami beritakan ialah hikmat Allah yang tersembunyi dan rahasia, yang sebelum dunia dijadikan, telah disediakan Allah bagi kemuliaan kita.” (1 Kor. 2:7).
Ps. Lan Yong Xing