Search

Pendalaman Alkitab SURAT KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA

Surat kepada jemaat Tesalonika termasuk kitab Perjanjian Baru yang pertama ditulis, sebelum penulisan surat-surat lain maupun empat kitab Injil. Surat kepada jemaat Tesalonika terkesan lebih hangat dan ramah, sedangkan surat kedua terkesan lebih dingin dan keras. Surat tersebut dikirim oleh Paulus, Silwanus dan Timotius (1 Tes. 1:1).

Pelayanan kepada jemaat di Tesalonika merupakan pimpinan Roh Kudus. Mereka ingin berangkat ke Asia, tetapi Roh Kudus mencegah mereka (Kis. 16:6). Mereka juga ingin ke Bitinia, tetapi Roh Kudus juga tidak mengizinkan mereka (Kis. 16:7). Roh Kudus menuntun mereka ke Makedonia (Kis. 16:9).

Pada mulanya kota tersebut bernama Therma. Umumnya, para ahli percaya bahwa pada sekitar tahun 315 SM, Cassander menamai kota kuno ini, Thessalonica (nama istrinya). Thessalonica merupakan saudara perempuan Alexander Agung. Tesalonika termasuk kota perdagangan dan politik di Makedonia.

Jemaat Tesalonika (Kis. 17:1-10) ini dimulai dalam perjalanan misi kedua (Kis. 15:36-18:22). Paulus dan rekan-rekannya dituduh melakukan kejahatan terhadap kerajaan (Kis. 17:5-6a) karena mengajarkan bahwa Yesus Kristus adalah raja.

Surat kepada jemaat Tesalonika dimulai dengan penuh kuasa. Perhatikan kata-kata yang digunakan:

  • Injil yang kami beritakan (1:4)
  • dengan kekuatan oleh Roh Kudus (1:5)
  • dikerjakan oleh Roh Kudus (1:6)
  • Firman Tuhan bergema (1:8)
  • telah tersiar kabar tentang imanmu (1:8)

Fokus utama yang diajarkan kepada setiap kita adalah "bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita" (1 Tes. 2:4). Artinya, pelayanan kita tidak dapat dikategorikan sebagai pelayanan apabila kita tidak menyukakan Allah, atau apabila pelayanan kita bersifat manusia sentris.

Persekusi dan Damai

Baik 1 Tesalonika maupun 2 Tesalonika dimulai dan diakhiri dengan pesan damai (1 Tes. 1:5; 5:23; 2 Tes. 1:2; 3:16). Kesusahan dan penderitaan merupakan hal yang tidak terhindari (1 Tes. 3:3; 2 Tes. 3:2). Biasanya, ketika kita menderita kita akan berfokus pada penderitaan kita dan memperbesarnya sehingga kita semakin sengsara. Namun apabila kita memperluas perspektif kita, yakni kita menderita karena Kerajaan-Nya (1 Tes. 1:5; 5:9-10; 2 Tes. 1:5, 11; 2:13-14).

"Supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu" (1 Tes. 3:3).

Eskatologi dan Ketekunan

Di tengah penderitan, firman Tuhan mengarahkan hati kita untuk menaruh fokus pada janji kedatangan Kristus (1 Tes. 5:1-11). Tetap tekun menantikan Kristus.

Panggilan dan Iman

Kepastian akan jaminan masa depan terletak pada relasi dengan Allah. Sebagai anak-anak-Nya, sekalipun kita mengalami penderitaan, kita telah dinyatakan layak menjadi warga Kerajaan Allah (2 Tes. 1:5). Kita telah dipanggil (1 Tes. 1:11), dipilih dan dikuduskan (2 Tes. 2:13). Panggilan Tuhan merupakan panggilan yang menguduskan (1 Tes. 4:3-8).

Tetap Bekerja

Penting untuk menjaga keseimbangan iman. Menantikan kedatangan Kristus tidak berarti kita berhenti bekerja alias menunggu mati saja. "Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (2 Tes. 3:10).  Sebaliknya, kita harus tetap setia bekerja bagi Tuhan, setia dalam firman Tuhan dan berjaga-jaga apabila ada orang-orang percaya yang tidak mau memelihara firman Tuhan.

Ps. Lan Yong Xing