Pendalaman Alkitab MENGAPA ORANG JAHAT BAIK-BAIK SAJA?
Yeremia 12
Pernahkah Anda berada pada titik terendah hidup Anda? Mengalami pergumulan yang begitu berat? Dan ketika hal itu terjadi apa yang menjadi responmu? Renungkan dan tuliskanlah!
Tidak dapat dipungkiri lagi, setelah kita belajar kitab Yeremia dari pasal ke pasal, dan hari ini sampai pada pasal 12, maka kita juga dapat melihat dan merasakan bahwa Yeremia sedang bergumul berat. Tetapi, menariknya di dalam pergumulannya itu ia berkata “Engkau memang benar, ya, TUHAN…..” (Yer 12: 1). Derek Kidner dalam bukunya The Message of Jeremiah mengatakan bahwa bagian ini adalah salah satu dari rangkaian seruan tentang mengapa dan berapa lama dalam PL sebagaimana dapat ditemukan dalam kitab Ayub dan Mazmur. Di mana hal ini menandakan kedekatan dalam sebuah relasi. Dan dalam sebuah relasi yang diperlukan adalah pengertian melampaui penjelasan.
Oleh karena itu jika kita baca dengan seksama bacaan hari ini maka di sana akan jelas terlihat bahwa jawaban Allah atas pertanyaan-pertanyaan itu tak pernah bersifat filosofis seolah-olah Ia berutang penjelasan, tetapi jawaban iman dan pastoral. Dan pertanyaan itu juga adalah sebuah kebijaksaan bagi Yeremia karena ia mendahulukan imannya, keterbatasannya memahami segala sesuatu, mendahulukan kedaulatan dan kemahakuasaan Allah. Jadi pertanyaan Yeremia ini bukan menunjukkan bahwa Ia tidak beriman, justru menunjukkan bahwa ia beriman dan memiki relasi yang dekat dengan Allah. Dengan kata lain, respon Yeremia pada pasal 1 ini adalah bentuk ketakjuban dan keyakinan Yeremia akan kedaulatan Allah atas apa yang terjadi sehingga ia berkata “Engkau memang benar ya Allah”. Hal ini mirip dengan yang ia katakan pada pasal 10:6 sebelumnya di mana ia berkata “tidak ada yang seperti Engkau…”.
Kidner mengatakan bahwa sesungguhnya kita perlu belajar dari Yeremia, ketika ia kalut, ia tetap terhubung dengan Allah dan bersedia diajar, bahkan memuliakan Allah. Oleh karena itu, hendaknya di dalam segala keadaan, apa pun yang terjadi kita juga tetap dapat memuliakan Tuhan dan memuji nama-Nya sebab Ia lah sumber kehidupan, hikmat dan kekuatan sebagaimana yang kita saksikan dalam kisah Yeremia hari ini. Kita dapat berkata dan memuji Tuhan dengan mengatakan “Pujilah Tuhan, pujilah nama-Nya, Pujilah Tuhan, sumber kehidupan”. Ini adalah sebuah lagu Taize. Liriknya pendek sehingga mudah sekali dihafal. Silahkan dinyanyikan terus menerus dan diulangi kembali sampai ketika kita ingin berhenti bernyanyi maka berhentilah!(https://www.youtube.com/watch?v=5QpAGtSVmiQ)
Antony De Mello mengatakan bahwa“ Untuk mengalami perjumpaan dengan Allah/‘berhasil’ di dalam doa meditasi maka yang perlu dilakukan oleh seseorang adalah SADAR”. Di dalam kehidupan sehari-hari kita sadar siapa diri kita dan apa panggilan hidup kita, dan untuk apa kita melakukan ini dan itu. Dan yang tak kalah pentingnya, di dalam kehidupan doa pun kita juga harus melakukannya dalam keadaan sadar. Artinya pikirannya kita jangan kemana-mana, tetapi fokus kepada Tuhan. Kita melatih diri kita untuk terhubung dengan Allah, untuk hadir seutuhnya dan sepenuhnya di tempat dan waktu ketika kita sedang berdoa, bukan sekedar ada. Masalahnya adalah seringkali orang tidak SADAR diri baik di dalam kehidupan sehari-hari, apalagi di dalam berdoa. Seringkali ketika sedang berdoa pikiranya pergi kemana-mana. Ia tidak hadir di tempat ibadah itu sekalipun tubuhnya ada. Tetapi ia berada di tempat lain ataupun pikirannya sedang memikirkan sesuatu yang lain padahal ia sedang berdoa dan beribadah. Oleh karena itu, latihan kesadaran sangat penting sekali di dalam kehidupan doa.
Dengan sadar (hadir sepenuhnya dengan utuh-penuh saat ini dan disini) kita bersekutu, bernyanyi, dan mendengarkan kebenaran firman-Nya sehingga kita boleh merasakan kehidupan doa yang berbeda yang sekirannya menyegarkan dan mengisi kembali daya rohani yang telah sekian lama dipakai dalam melakukan berbagai kegiatan dalam keseharian kehidupan kita. Sebab jika tidak diisi ulang daya rohani tersebut maka hidup kita akan kekeringan rohani dan lama-kelamaan akan mengakibatkan kematian rohani, hidup kita rasanya akan jauh dari Tuhan, hidup kita dipenuhi kecemasan dan kekhawatiran. Dan jika kita jauh dari Tuhan apalagi tidak mengenal-Nya dengann benar maka bagaimana mungkin kita dapat memuji dan memuliakan namanya di saat situasi yang sulit?
Oleh karena itu, salah satu hal yang harus kita syukuri adalah pengenalan akan Tuhan dengan baik dan benar sebagaimana Yeremia. Sehingga dalam keadaan bagaimana pun kita dapat memuji dan memuliakan Tuhan dan percaya kepada pemeliharaan dan penyelenggaraan-Nya. Dalam keadaan kalut dan bergumul kita tidak jatuh kepada hal-hal yang dibenci oleh Tuhan tetapi kita mampu tenang dan berkata “hai jiwaku janganlah cemas, janganlah takut, sebab Tuhan berlimpah rahmat” (https://www.youtube.com/watch?v=JbIT7pTJanw)
Janganlah cemas janganlah takut
Di dalam Tuhan berlimpah rahmat
Janganlah cemas janganlah takut
Serahkan Tuhan
Kekeringan rohani akan mengakibatkan kematian rohani, dan kematian rohani akan membuat seseorang menjadi mati rasa dalam kehidupan ini di mana kita merasa bahwa hidup di jalan Tuhan, berdoa, membaca firman, beribadah, bukanlah hal yang terpenting. Hati kita menjadi keras, kita menjadi lupa diri, hidup kita dikuasai oleh berbagai berhala-berhala, dan akhirnya kita melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Dan tanpa sadar kita merasa bangga karena hidup kita secara kelihatan nampaknya lebih baik dari orang lain.
Hal yang demikian yang terjadi pada umat Tuhan dalam bacaan kita hari ini maupun sebelumnya. Mereka yang adalah umat pilihan, bahkan disebut sebagai kekasih Tuhan telah berubah kasih setia, telah berkhianat, dan melakukan hal yang jahat di mata Tuhan (Yer 12: 1, 4, 14). Memang, terkadang hidup mereka yang dikatakan jahat ini nampak lebih baik, tetapi jika ditelusuri lebih lanjut maka kita akan menemukan bahwa tidaklah demikian. Bahwa hidup mereka sedang tidak baik-baik saja karena mereka seperti siap ditampi. Bahkan firman Tuhan hari ini mengatakan bahwa kehidupan mereka yang seakan diberkati itu merupakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk berubah dan berbalik kepada Tuhan. Tetapi jika mereka tetap berkeras hati dan tidak mau berbalik maka mereka akan dibinasakan sebagaimana yang ditegaskan ayat 16-17 bacaan kita hari ini dengan mengatakan “Dan jika mereka sungguh-sungguh belajar cara hidup umat-Ku sehingga bersumpah demi nama-Ku: Demi TUHAN yang hidup, seperti tadinya mereka mengajar umat-Ku untuk bersumpah demi Baal, maka mereka akan dibangun di tengah-tengah umat-Ku. Tetapi jika mereka tidak mau mendengarkan, maka Aku akan sungguh-sungguh mencabut dan membinasakan bangsa yang demikian, demikianlah firman TUHAN."
Melalui ayat di ini semakin jelas diperlihatkan bahwa kehidupan orang fasik yang nampak kelihatan lebih baik ternyata tidak demikian (orang fasik diartikan sebagai orang yang tidak setia ataupun orang yang tidak mengenal Tuhan). Hidup mereka hanya nampak bagus dan baik bahkan indah dari luar, tetapi tidak di dalam. Hal ini serupa dengan apa yang pernah dikatakan oleh Tuhan Yesus kepada ahli-ahli Taurat dan juga orang-orang Farisi di dalam Matius 23: 27-28 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan”. Orang-orang Farisi atau ahli Taurat, ataupun setiap kita orang percaya dapat disebut sebagai orang fasik jika hidup kita seperti apa yang disebutkan di atas atau seperti umat Tuhan yang tidak setia sebagaimana yang digambarkan oleh kitab Yeremia hari ini. Dan orang-orang yang demikian, walau terlihat baik, tetapi tidaklah demikian, hidup mereka bobrok dan rentan. Dan kehidupan yang baik yang seakan seperti diberkati itu juga merupakan kesempatan bagi mereka untuk berbalik kepada Allah. Dan kita tahu bahwa sebagai orang-orang percaya, yang lebih penting dari semua apa yang terjadi dan apa yang kelihatan adalah pengenalan akan Tuhan dengan benar. Sebab itulah sumber-sumber berkat terutama di dalam hidup melampui berkat-berkat apa pun.
Yeremia mengerti benar akan hal itu sebab ia memiliki relasi yang intim dengan Allah. Sehinga walaupun ia terkesan komplain dengan pertanyaan-pertanyaanya, ia tetap yakin dan percaya pada penyelenggaraan Allah. Ia percaya penuh dan takjub atas kedaulatan Allah. Dan ia tahu bahwa rencana dan rancangan Allah sempurna baginya sekalipun ia sementara hanya dapat melihat sebagian dari itu semua sehingga ia menyerahkan pergumulannya, kekhawatirannya, serta pertanyaan-pertanyaan mengapanya kepada Allah. Oleh karena itu pada ayat 3 Yeremia dengan tegas mengatakan “Ya TUHAN, Engkau mengenal aku, Engkau melihat aku, dan Engkau menguji bagaimana hatiku terhadap Engkau. Tariklah mereka ke luar seperti domba-domba sembelihan, dan khususkanlah mereka untuk hari penyembelihan”
Yeremia 12 hari ini kita mengajar dan mengingatkan kita untuk memiliki relasi yang dekat dan intim dengan Allah sebagaimana relasi Yeremia dengan Allah. Sebab hanya orang terdekatlah yang dapat berbicara dari hati ke hati, dapat mencurahkan segalanya, sebagaimana yang kita saksikan dalam kitab Yeremia hari ini. Dan untuk memiliki relasi yang dekat dengan Allah maka kita sadar bahwa kunci utamanya adalah firman dan doa sebagaimana juga yang kita saksikan melalui kisah Yeremia sampai dengan pasal 12 ini maupun secara keseluruhan. Oleh karena itu mari kita dorong diri kita terus untuk bertekun di dalam kehidupan doa dan perenungan firman sebab demikianlah langkah konkrit untuk tinggal di dalam Tuhan seperti yang pernah dikatakan Tuhan Yesus “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (Yoh 15:7)”. Tuhan mengundang kita untuk tinggal di dalam Dia melalui firman dan doa seperti juga sebuah nyanyian Taize yang sangat indah: https://www.youtube.com/watch?v=2jLzeBp3Yak
Tinggallah bersama aku
Di dalam doa, di dalam doa
Ketika Yeremia bergumul karena banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang ia rindukan dan harapankan, malah yang terjadi adalah hal yang begitu menyakitkan dan memilukan hatinya, ia pun komplain dan mengajukan berbagai pertanyaan pada Tuhan. Tetapi jawaban Tuhan menarik atas pertanyaan Yeremia. Tuhan menjawabnya melalui sebuah pertanyaan. Pada ayat 5 Tuhan berkata “Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan?”
Bagi kita pembaca zaman sekarang ini mungkin akan bingung dengan jawaban ini. Tetapi tidak demikian bagi Yeremia. Oleh karena itu, setelah Tuhan mengatakan jawaban tersebut disertai dengan penjelasannya (ay. 6-17), pada Yer 13, kita dapat menemukan Yeremia langsung pergi menjalankan perintah Tuhan sesuai yang diinstruksikan padanya. Jawaban Tuhan atas pertanyaan Yeremia mau mengingatkan dan menegaskan kembali pada Yeremia bahwa apa yang ia alami itu belum seberapa. Bahwa apa yang ia alami Tuhan juga alami. Jawaban ini mau menguatkan Yeremia bahwa ia mesti tangguh ibarat seorang pelari. Dan jika pelari kecapean ketika berjalan dengan pejalan kaki tentu tidak mungkin disebut sebagai pelari lagi bukan? Demikian jika seorang nabi tidak ada beda kualitas dan imannya dengan umat-Nya bagaimana mungkin ia disebut sebagi seorang nabi. Pesan Tuhan kepada Yeremia ini mirip dengan firman Tuhan kepada Timotius yang terdapat pada 2 Timotius 2: 1-2 dimana Paulus menguatkan Timotius muda yang sedang berada di pergumulan memimpin jemaat Tuhan pada waktu itu.
Kidner mengatakan bahwa jawaban Tuhan pada Yeremia 12 ini adalah bentuk jawaban sebagai seorang sahabat yang benar, di mana seorang sahabat akan tahu bertindak keras dan kapan berbelas kasihan. Hal ini juga mengingatkan setiap kita orang percaya bahwa apa pun pergumulan yang kita alami sebenarnya tidak ada yang lebih besar dari cinta kasih Tuhan, bahkan tidak ada yang lebih besar dari apa yang telah Ia alami untuk menyelamatkan setiap kita (Ia turun ke dunia, mati di kayu salib untuk menyelamatkan setiap kita). Jadi, ketika kita mengalami segala sesuatu dalam hidup ini yang tidak sesuai dengan harapan kita, mari kita mengingat firman Tuhan ini bahwa dibalik itu semua ada rencana Tuhan, ada sesuatu yang Tuhan mau sampaikan dan tunjukkan pada setiap kita. Dan apa pun yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan tidak pernah membiarkan kita sendiri, Ia Sang Cinta senantiasa menyertai dan melingkupi. Oleh karena itu mari kita menghidupi hidup dengan cinta kasih-Nya. (https://www.youtube.com/watch?v=zuZRN2xl1Sk)
Tuhanlah cinta, hiduplah bagi cinta kasih-Nya
Tuhanlah cinta, janganlah takut
Di setiap hal yang kita lalui maupun di dalam pergumulan hidup kita, kiranya kita senantiasa dikuatkan dan diteguhkan di dalam pengenalan akan Dia sebagaimana yang kita saksikan dalam kisah hidup Yeremia hari ini. Dan kiranya kita senantiasa dipenuhi oleh cinta kasih-Nya dan menyebarkannya kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi apa pun. Amin
Ev. Malemmita