Search

Pendalaman Alkitab Mengapa Alkitab Tidak Boleh dibaca Secara Parsial (Sepotong-sepotong)?

Banyak orang suka membaca Alkitab secara parsial, atau membaca secara acak, atau hanya memperhatikan ayat tertentu saja. Ketika membaca Alkitab kita mesti menyadari bahwa Alkitab tidak dirancang untuk dibaca secara acak atau parsial. Pembagian pasal dan ayat baru terjadi setelah 1000 tahun lebih sejak Perjanjian Baru dikumpulkan. Artinya, selama 1000-an tahun lebih, orang-orang percaya membaca Alkitab tanpa pembagian pasal dan ayat. Lagipula, pembagian pasal dan ayat bertujuan untuk mempermudah pencarian, bukan untuk membagi-bagi atau memisah-misahkan konten Alkitab.

Sebagai contoh ketika kita membaca tentang memberkati anak-anak kecil di Matius 19:13-15, jika kita memperhatikan bagian sebelumnya dan sesudahnya kita menemukan:

  • Bapa tidak mengkhendaki seorangpun dari anak-anak ini hilang (Mat. 18:14).
  • Pengampunan hanya bisa diterima jika yang bersangkutan menyesal dan bertobat (Mat. 18:15-20).
  • Kita harus mengampuni sesama seperti Bapa mengampuni kita (Mat. 18:21-35)
  • TUHAN menentang perceraian (Mat. 19:1-12)
  • TUHAN memberkati anak-anak kecil (Mat. 19:13-15).
  • Jangan dijerat oleh kekayaan (Mat. 19:16-26)
  • Tinggalkanlah segala sesuatu untuk mengikuti TUHAN (Mat. 19:27-30).

Nah, ketika kita melihat seperti ini kita akan melihat korelasinya. TUHAN tidak mau ada satupun orang yang tersesat. TUHAN ingin mengampuni dan menerima setiap orang. Namun seseorang hanya bisa menerima pengampunan jika dia menyesali dan mau bertobat dari kesalahannya. TUHAN memanggil setiap kita untuk mengampuni sesama seperti Dia mengampuni. Tanpa pengampunan, perceraian tidak terhindari. Jika perceraian terjadi, anak-anak pun kocar-kacir alias turut menjadi korban. Padahal TUHAN sangat sayang pada anak-anak karena mereka adalah pemilik Kerajaan Allah. Kita harus belajar menjadi seperti anak-anak kecil (bahkan bayi) karena mereka tulus dan murni di hadapan TUHAN. Dengan demikian kita baru dapat menjaga hati kita agar kita tidak terjerat oleh kekayaan.

Kita baru dapat meninggalkan segala sesuatu (fully surrender to God) untuk mengikuti TUHAN. Apakah TUHAN benar-benar bermaksud meninggalkan rumah demi nama TUHAN (Mat. 19:29) dalam arti meninggalkan istri atau suami demi melayani TUHAN? Yang pasti, tidak karena TUHAN menentang perceraian.

TUHAN menuntut penyerahan hati penuh kepada Dia. Ketika hati kita bersama TUHAN, kita akan mengampuni seperti TUHAN mengampuni dan tidak mengampuni (belum bisa mengampuni) seperti TUHAN tidak mengampuni karena yang bersangkutan mengeraskan hatinya. Atau dalam bahasa Yesus, “Apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di surga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di surga” (Mat. 18:18).

Satu contoh kecil lagi, misalnya ketika kita membaca Markus 8:22-26, kita mungkin bertanya-tanya mengapa penyembuhan yang Yesus lakukan harus Dia lakukan dua kali? Mengapa pada tindakan pertama oleh Yesus, yang bersangkutan tidak dapat melihat dengan jelas - manusia terlihat seperti pohon-pohon? Dan baru di tindakan Yesus kedua, yang bersangkutan baru dapat melihat dengan jelas (Markus 8:25)? Jika kita memperhatikan teks sebelumnya dan sesudahnya, maka hal tersebut menjadi jelas.

Di bagian sebelumnya, Yesus menegur murid-murid-Nya, “Masihkah kamu belum mengerti?” (Mrk. 8:21). Artinya, murid-murid tidak dapat melihat dengan jelas. Sedangkan di teks setelahnya, kita menemukan Petrus mengenal Yesus sebagai Mesias, tetapi menegur Yesus ketika Dia mengatakan bahwa Dia harus menanggung banyak penderitaan, ditolak dan dibunuh (Mrk. 8:31). Penglihatan iman Petrus tidak dapat melihat dengan jelas.

Nah, inilah alasan mengapa kita tidak boleh membaca Alkitab secara parsial. Setiap bagian dalam Alkitab saling berhubungan. Selamat mempelajari firman TUHAN.

Ps. Lan Yong Xing