Pendalaman Alkitab Memohon Pembelaan Tuhan
Yeremia 18
Yeremia 18 dapat dibagi menjadi 2 bagian:
1. Latar belakang permohonan Yeremia (18:1-17)
2. Permohonan Yeremia (18:18-23).
Pengutusan Yeremia kepada Tukang periuk – Tuhan berbicara (Yer. 18:1-3)
Di dalam awal-awal teks kita bisa melihat pengutusan Yeremia oleh Allah. Dalam hal ini Firman Tuhan datang kepada Yeremia (ay. 1). Tuhan memberitahu Yeremia untuk “pergilah dengan segera ke rumah tukan periuk! Di sana Aku akan menyampaikan perkataan- perkataan-Ku kepadamu.” (ay. 2). Perhatikan bahwa ketika Tuhan berbicara kepada Yeremia, Tuhan tidak asal ngomong. Tuhan bilang “Aku akan memperdengarkan perkataan-Ku.” Tuhan akan membuat Yeremia mendengar (dalam terj. Literal, “cause to hear”, NKJV).
Ini berarti Tuhan memastikan Yeremia mendengar pesan-Nya. Tuhan membuat kondisi sedemikian rupa sehingga Yeremia bisa mendengarkan-Nya. Dan Yeremia taat kepada Tuhan, ia mengikuti apa yang Tuhan suruh (persamaan kata TURUN dalam ayat 1 dan ayat 3). Yeremia tidak banyak tanya, tetapi dia memilih untuk pergi ke tukang periuk.
Pemaknaan Bejana dari Tuhan (ay. 4-6)
Di tukang periuk, Allah membandingkan dan menganalogikan bangsa Israel sebagai bejana dan diri-Nya sebagai tukang periuk yang membentuk bejana itu. Dikatakan bahwa “apakah Aku tidak dapat bertindak terhadap kamu seperti periuk ini, hai kaum Israel? Demikianlah Firman Tuhan. Sungguh, seperti tanah liat di tangan periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku hai kaum Israel.” (ay. 6). Tuhan adalah tukang periuk dan Israel adalah bejana-Nya, yang hendak Ia bentuk. Dapat dilihat bahwa Tuhan hendak membentuk Israel, Tuhan sebetulnya ingin untuk membentuk Israel sesuai dengan yang Ia inginkan. Tuhan berkuasa dan berdaulat atas Israel. Permasalahannya, sebagaimana yang dapat dilihat dalam ayat-ayat berikutnya, Israel memilih jalan mereka sendiri.
Kedaulatan TUHAN atas bangsa-bangsa (ay. 7-10)
Di dalam ayat berikutnya (7-10), kita bisa melihat ada struktur yang menarik.
A Tuhan akan mencabut, merobohkan, membinasakan sebuah bangsa (ay. 7)
B Tuhan akan “menyesal” kalau bangsa tersebut berbalik dari perbuatan jahat (ay. 8)
A’ Tuhan akan membangun dan menanam (ay. 9)
B’ Tuhan akan “menyesal kalau bangsa tersebut berbuat jahat (ay. 10)
Teks ini bisa dibandingkan dengan Yeremia 1:10. Ketahuilah, pada hari ini Aku mengangkat engkau atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam." (Yer. 1:10 TB)
Menarik untuk dilihat bahwa dibalik kedaulatan dan kekuasaan Allah atas bangsa-bangsa, ada respons manusia di dalamnya.
Apa yang dimaksud dengan Allah menyesal? Allah menyesal bukan dalam pengertian rencana-Nya tidak sempurna atau gagal, Allah juga tidak kaget terhadap respons dari bangsa-bangsa. Menyesal dalam hal ini dapat dipahami sebagai kesadaran atau sikap hati Allah yang berubah terhadap umat-Nya. Allah menyesal atas penghakiman-Nya ketika sebuah bangsa bertobat dan Allah menyesal atas atas berkatnya ketika sebuah bangsa berbuat jahat (berdosa).
Ayat 7-10 ini sebetulnya memberikan sebuah pemikiran bahwa ada dua keadaan, yaitu keadaan hidup di dalam pertobatan dan hidup di dalam keberdosaan.
Respons Allah terhadap Israel dan Respons Israel (ay. 11-12)
Karena itu tidaklah mengherankan ketika Allah kembali menyuarakan berita penghakiman kepada Israel; Allah sejatinya ingin Israel untuk kembali kepada-Nya. Allah menyiapkan penghakiman dan berharap akan pertobatan Israel (ay. 11). Allah mengundang Israel untuk tidak lagi mengikuti jalan hidup yang lama. Dalam hal ini, nubuat tidak hanya berfungsi untuk memberitakan masa depan, tapi ada harapan akan perubahan sikap.
Tetapi tentu saja kita tahu ketegaran hati Israel. Respons mereka? Mereka tetap mau memakai rencana mereka dan hati mereka yang jahat! (ay. 12) Mereka gak mau taat dan mereka berani sekali untuk bilang “kami berjalan dengan pemikiran kami dan menaati kebebalan hati kami” (dalam terj. Literal). Walaupun Tuhan menawarkan kesempatan untuk berbalik kepada-Nya, bangsa Israel lebih memilih jalan kematian, jalan penghakiman. Mereka tidak mau dibentuk di tangan sang tukang periuk yaitu Allah.
Respons TUHAN terhadap ketidaktaatan Israel (ay. 13-17)
Bagaimana Tuhan meresponi mereka? Ayat 13-14 menjelaskan bahwa apa yang Israel lakukan itu menyalahi kodrat. Di dalam ayat 13 dikatakan sebuah frasa “Anak Dara Israel.” Anak Dara Israel ini frasa yang penting karena anak dara itu seharusnya mengikuti bapaknya. Hidupnya itu seharusnya di bawah kendali penuh oleh bapaknya (Allah). Pemberontakkan Israel ini sama dengan perempuan yang masih dalam pengawasan orang tua tapi mengkhianati kepercayaan bapak. Ini menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Israel in benar benar melawan kodrat.
Hal ini dipertegas di ayat 14. Salju itu selalu ada di gunung-gunung yang tinggi dan air selalu muncul di gunung yang memiliki mata air. Pertanyaan dari Tuhan ini seolah-olah ingin menyindir Israel bahwa alam saja masih mengikuti kodratnya, atau naturnya atau keberadaan originalnya, kenapa kalian tidak?
Israel telah melupakan Tuhan dan membakar kurban yang kepada ilah yang sia-sia (ay. 15). Natur atau kodrat dari umat Allah adalah berelasi dengan Allah dan hidup di dalam kebenaran-Nya. Dan sebetulnya tidak ada untung-untungnya mengikuti jalan Kesia-siaan. Alkitab mencatat bahwa orang Israel tersandung di jalan-jalan mereka. Mereka mengambil jalan dari zaman dahulu.
Konsekuensinya? Allah akan menghabisi tanah Israel. Tanah yang seharusnya menjadi kebanggaan Sekarang menjadi sebuah kengerian. Tuhan akan mengirim pasukan Babel yang akan menghabisi Israel. Angin timur ini sebetulnya dapat dipahami sebagai pasukan Babel yang nanti di masa mendatang akan menyerang Israel.
Rekap pembelajaran di tukang periuk
Tentang TUHAN
Tuhan SANGAT INGIN untuk membentuk Israel (ay. 4-6) dan supaya mereka bertobat dan kembali kepada-Nya (ay. 7-8, 11)
Tuhan melihat dengan sangat jelas kesesatan dan “ketidaknormalan” Israel yang menyimpang dari-Nya (ay. 13-14)
Tuhan PASTI menghukum Israel karena mereka tidak mau kembali (ay. 17)
Tentang sikap bangsa Israel
Israel MENOLAK DIBENTUK Tuhan (ay. 4, 12)
Israel lebih memilih jalan mereka sendiri, kebebalan hati mereka (ay. 12)
Israel menolak tawaran Tuhan untuk kembali kepada-Nya (ay. 8) mereka menyembah ilah lain dan MELUPAKAN Tuhan(ay.15)
Permohonan Yeremia (ay. 18-23)
Orang Israel pun memiliki semacam persekongkolan melawan Yeremia. Perlu diingat bahwa yang Yeremia beritakan adalah kebenaran Tuhan. Artinya ketika orang Israel menolak Yeremia, menolak beritanya, mereka sedang menolak Tuhan. Mereka lebih memilih untuk mendengar dari iman, nabi dan orang bijak. Mereka berkomitmen untuk tidak mendengarkan perkataan Yeremia yang adalah perkataan Tuhan. (ay. 18)
Dalam konteks inilah Yeremia berseru kepada Tuhan. Permohonan Yeremia dapat dibagi ke dalam dua bagian, pertama berbicara soal kegelisahannya terhadap respons Israel yang menolaknya (ay. 19-20) dan kedua berbicara soal kerinduannya terhadap Israel untuk sengsara dan dihukum (ay. 21-23). Yeremia berseru “perhatikanlah aku ya Tuhan dan dengarkanlah suara para lawanku” (ay. 19). Yeremia merasa bahwa kebaikannya (yaitu memberitakan kebenaran Allah kepada bangsa Yehuda, lih ay. 20 “aku telah berdiri di hadapan-Mu... berbicara membela mereka.”) itu dibalas dengan kejahatan, mereka malah membuat perangkap untuk Yeremia. Kasarnya, air susu dibalas dengan air tuba.
Permohonan Yeremia ini mendorongnya untuk mengharapkan penghukuman terhadap Israel. Istri-istri kehilangan anak, laki-laki (atau suami) dipukul mati, anak-anak mengalami kelaparan dan dilempar kepada pedang dan pemuda tewas dalam pertempuran (ay. 21). Perlu diingat bahwa permohonan Yeremia ini dilakukan dalam konteks peperangan, makanya bahasanya berkaitan dengan itu. Yeremia mengharapkan Israel untuk mengalami kesengsaraan, kematian, dukacita yang mendalam. Alasannya juga adalah karena orang Israel menyiapkan perangkap baginya (ay. 22)
Permohonan Yeremia ini memuncak di ayat 23, karena Yeremia mengharapkan keburukan spiritual atas Israel (sebelumnya bersifat fisik/materiil). Yeremia meminta empat hal supaya terjadi dalam Israel, yaitu supaya Tuhan tidak MENGAMPUNI kesalahan, tidak MENGHAPUSKAN dosa, TERSANDUNG di hadapan-Nya dan supaya Tuhan BERTINDAK dalam murka-Nya. Kalau Tuhan tidak mengampuni kesalahan dan menghapuskan dosa, artinya tidak ada relasi dengan Tuhan. Artinya yang ada adalah penghakiman dan murka Tuhan, keterpisahan dari Tuhan. Yeremia mulai mempelajari kehendak Tuhan atas Israel, bahwa Ia hendak menghukum mereka.
Apa yang bisa dipelajari dari permohonan Yeremia
Setelah kita membahas teks ini secara keseluruhan, maka apa yang bisa kita bawa pulang? Salah satunya adalah menggarisbawahi keberpihakkan kita di dalam Allah.
Kita bisa melihat dua hal yang jelas, bahwa Israel ini sedang tidak berada di pihak Tuhan, mereka menolak pertobatan, mereka tidak mau kembali, mereka menganggap sepi suara Tuhan. Yang kedua adalah bahwa Yeremia berada di pihak Tuhan. Sebelum Yeremia memohon dengan begitu keras, ia berada di pihak Tuhan. Maksudnya di pihak Tuhan apa?
Yeremia mengikuti perintah Tuhan untuk pergi ke tukang periuk (ay. 1-3),
Mendengarkan suara Tuhan (tidak dicatat bahwa Yeremia berbicara sepanjang Tuhan berbicara dari ayat 6- 17)
Menyuarakan suara Tuhan kepada Israel (ay. 20)
Yeremia juga bisa berdoa secara autentik karena dia berada di pihak Tuhan, di tracknya Tuhan. Dia tahu betul bahwa Tuhan sebetulnya ingin Israel untuk bertobat namun karena mereka terus menolak pertobatan Israel, Tuhan hendak menghakimi mereka dan menghancurkan mereka.
Ini memimpin kita kepada sebuah perenungan bahwa, sebelum kita berdoa kepada Tuhan, kita perlu berpikir apakah kita sudah di pihak Tuhan? Saya merenungkan tentang kisah Yunus, bagaimana respons Tuhan ketika Yunus berada di perahu dan dia bilang “Tuhan jangan sampai ada ikan besar yang menerkamku!” Mungkin Yunus akan dimarahi Tuhan mengapa? Karena Yunus meminta pertolongan Tuhan untuk dirinya kabur dari kehendak Tuhan. Poinnya adalah sebelum berdoa dan bergumul, kita harus berpikir bahwa apakah sudah dalam rencana-Nya Tuhan, dalam kehendak-Nya Tuhan.
Lebih lanjut lagi, ketika bergumul dalam kehidupan dan kita berdoa, apakah benar Tuhan sungguh-sungguh memanggil kita dalam “pergumulan” yang kita alami. Percuma kita bergumul, berjerih lelah, tetapi pergumulan kita itu bukan dihasilkan dari kehidupan yang mengenal dan takut akan Tuhan. Sebelum berdoa kepada Tuhan dalam pergumulan kita, pastikan bahwa kita sudah dalam track Tuhan dan pergumulan kita berbicara tentang konsekuensi dari mengikut Tuhan, bukan karena memang pergumulan itu berat.
Nah seandainya kita sudah dalam track yang benar, seperti Yeremia, maka maukah kita bersikap autentik di hadapan-Nya dan bersandar pada-Nya dalam kesesakan? Di dalam Mazmur yang baru-baru saja kita bersama yaitu Mazmur 22, pemazmur tidak berbohong dan berpura-pura dalam pergumulannya. Dia merasa dirinya seperti ulat (ay. 7), kekuatannya mengering seperti beling (ay. 16). Tapi dikatakan dalam ayat 22 bahwa “Engkau telah menjawab aku.” Mazmur kemarin dalam Mazmur 23 ayatnya yang keempat dikatakan bahwa “sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku.”
Doa bukan berbicara soal kekuatan spiritual kita atau mental kita, tapi mengarah diri kita kepada Allah yang benar, adil, sempurna, kudus, beranugerah. Tuhan mengetahui pergumulan kita dan maukah kita bawa pergumulan kita di hadapan-Nya? Kita mungkin bisa meragukan pembelaan Allah, tapi sadarkah kita kalau Yesus adalah pembela kita (literal: pendoa, pemohon) dalam kehidupan iman kita (Rm. 8:34)? Ketika sudah dalam tracknya Tuhan, kita bisa berdoa dengan penuh keyakinan karena Tuhan pasti membela kita.
Sdr Gideon Gunothama