Pendalaman Alkitab KITAB YEHEZKIEL
Pernahkah Anda mendengar tentang fatalisme? Istilah ini merujuk kepada seseorang yang memiliki paham yang sangat pasrah di dalam menghadapi segala sesuatu, mengira bahwa hal yang terjadi adalah takdir sehingga tidak perlu melakukan apa-apa, percuma, sudah dikuasai nasib dan tidak bisa merubahnya. Mungkin dalam bahasa sehari-hari kita mendengar celotehan “ya! engkau begini karena dosa-dosa nenek moyangmu dulu, dosa kakek-nenek, orang tuamu, dst”.
Pemahaman yang demikian pernah juga dimiliki oleh orang-orang Israel sebagaimana yang tercatat di dalam Keluaran 20: 5, di mana dikatakan bahwa “Allah adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat…” Padahal, jika ditelisik lebih dalam, fokus utama teks ini bukanlah membalas, tetapi cinta, relasi, kasih setia, sehingga jika ada yang lain selain Dia akan menyebabkan kecemburuan yang tiada tara.
Walter Brugman mengatakan bahwa Allah cemburu karena Ia memiliki cinta yang benar, yang sejati, tulen, yang asli, yang tidak dapat dibandingkan dengan cinta yang lain. Cemburu di sini melambangkan bahwa Ia adalah pribadi yang terlibat dengan perasaan, bahkan terkadang Ia bisa bertindak langsung sebab perasaan yang kuat tersebut, Ia tegas atas privilege, kebesaran, dan kedaulatan-Nya.
Jadi, sebenarnya Keluaran 20 tidak berbicara tentang “dosa keturunan” yang mengakibatkan munculnya pemahaman fatalisme umat Israel, walaupun memang tidak dapat dihindari bahwa dosa memang sangat mudah menjalar, berkembang seperti virus pandemi covid 19 ini bahkan lebih canggih, sehingga tentu memiliki dampak yang tidak terduga terhadap generasi-generasi terkemudian. Adanya pemahaman fatalisme ini juga yang menjadi salah satu sorotan kitab Yehezkiel.
Kitab ini dengan tegas mengatakan bahwa tidak ada dosa yang demikian sebagaimana pemahaman yang berkembang di antara umat. Namun, bagi siapa yang berbuat dosa dialah yang menanggung akibatnya, dan bagi yang berbalik pada Tuhan akan mendapatkan pengampunan. Hal ini ditegaskan oleh Yehezkiel 18: 2-4 “…..Ayah-ayah makan buah mentah dan gigi anak-anaknya menjadi ngilu? Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, kamu tidak akan mengucapkan kata sindiran ini lagi di Israel. Sungguh, semua jiwa Aku punya! Baik jiwa ayah maupun jiwa anak Aku punya! Dan orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati”.
Hal di atas adalah salah satu saja dari sekian banyak pokok-pokok penting yang menjadi pembahasan kitab Yehezkiel, sehingga eksplorasi terhadap kitab ini banyak ditunggu-tunggu oleh banyak kalangan, dan kita beruntung, setelah kitab Yosua, di dalam OSTM kita akan menjajaki kitab ini, oleh karena itu jangan lewatkan kesempatan yang sangat berharga ini!
Memasuki kitab Yehezkiel, kita seakan memasuki sebuah rumah yang diliputi misteri, dan penuh dengan berbagai jenis ruangan-ruangan di dalamnya; ruangan yang menyajikan menu-menu masa lalu, ruangan yang berbau khas nubuatan-nubuatan baik profetik maupun eskatologis, ruangan tentang anak manusia dan gembala sejati, ruangan yang berisi pemulihan dan harapan, ruangan-ruangan yang berisi rancangan dan rencana-Nya, ruangan yang berbicara tentang kemahakuasaan dan ketidakterhinggaan-Nya, dan masih banyak ruangan-ruangan lainnya. Di dalam memasuki ruangan-ruangan sastra kitab zaman pembuangan ini, ketika menelusuri setiap bagiannya, maka kita mesti sesekali zoom in maupun zoom out, memeriksa bahasa-bahasa yang digunakan entah itu bahasa puitis, kiasan, alegoris ataupun harfiah, sehingga kita dapat mengerti dengan benar apa yang sebenarnya hendak disampaikan oleh teks kepada sidang pendengar dan pembaca pada waktu itu dan juga pada kita zaman sekarang ini. Kiranya Sang Misteri melalui Roh Kudus-Nya menolong dan mencerahi kita memasuki setiap ruangan misteri di dalam kitab ini nantinya, sehingga tertemu madu yang menyegarkan jiwa, membaharui hidup kita, dan semakin mempererat dan memperteguh relasi kita dengan-Nya.
Ev. Malemmita Peranginangin