Pendalaman Alkitab KITAB TAWARIKH
Dalam Kitab Yahudi (Hebrew Canon), Kitab 1 Tawarikh dan 2 Tawarikh merupakan satu kitab yang ditempatkan dalam urutan terakhir. Sedangkan dalam Alkitab, kitab terakhir (PL) adalah kitab Maleakhi. Kitab Tawarikh termasuk kitab yang jarang dibaca sebab umumnya orang tidak sanggup membaca 1 Tawarikh pasal 1 hingga 9.
Kita tidak dapat memastikan siapa penulis kitab Tawarikh, tetapi kita dapat mengetahui bahwa penulis hidup di masa setelah pembuangan, berhubung dia mengetahui perintah raja Cyrus/Koresh (2 Taw. 36:22-23). Sebagian ahli percaya bahwa kitab tersebut ditulis Ezra, yakni seorang imam yang melayani pada masa yang bersamaan dengan Nehemia, Zerubabel dan Yosua.
Kitab Tawarikh menjawab pertanyaan orang-orang Yahudi pada itu (pasca pembuangan), “Apakah kami masih merupakan umat TUHAN? Apakah TUHAN masih mengasihi kami? Apakah TUHAN telah membatalkan perjanjian-Nya?” Kitab Tawarikh menegaskan bahwa TUHAN kemuliaan Daud, yakni Mesias akan jauh lebih mulia daripada kerajaan Daud dan Salomo.
Kitab Tawarikh menunjukkan bahwa tidak tekun mencari TUHAN merupakan permasalahan besar (2 Taw. 12:14). TUHAN memerintah akan pentingnya menemukan kondisi mendua hati dalam diri kita dan memperbaikinya (2 Taw. 12:8).
Penting untuk mengarahkan hati dan jiwa kita untuk mencari TUHAN (1 Taw. 22:19). Sebab Dia adalah Allah yang menyelidiki hati dan mengerti segala niat dan cita-cita (1 Taw. 28:9). TUHAN adalah Penguji hati yang berkenan kepada keikhlasan (1 Taw. 29:17). Hati yang tulus ikhlas harus menjadi fondasi penting dalam mencari TUHAN.
Kitab Tawarikh sebenarnya adalah satu kitab yang kemudian dibagi menjadi 1 & 2 Tawarikh ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Menurut Andrew Hill, kitab tersebut mungkin ditulis sekitar tahun 500-400 SM, yakni waktu yang bersamaan dengan penulisan kitab Hagai dan Zakaria.
Kitab Tawarikh melakukan tracing dari Adam hingga Daud. Yang menjadi sorotan kitab tersebut adalah kerajaan Daud dan sentralitas ibadah kepada Yahweh (1 Taw. 15:29; 2 Taw. 31:20-21). Setelah pemerintahan Salomo, Israel terpecah menjadi dua kerajaan, yakni kerajaan utara dengan Samaria sebagai ibukota Israel dan kerajaan selatan dengan Yerusalem sebagai ibukota Yehuda. Kedua kerajaan tersebut terkadang bersahabat dan terkadang saling berperang.
Ezra, penulis Tawarikh (menurut tradisi Yahudi) menunjukkan runtuhnya Yehuda oleh Babel yang merupakan akibat dari ketidaktaatan mereka (2 Taw. 34:24-25). Setelah mengalami pembuangan selama 70 tahun, mereka diperbolehkan pulang untuk membangun kembali Yerusalem (2 Taw. 36:22-23).
Ps. Lan Yong Xing