Search

Pendalaman Alkitab Ketika TUHAN Berfirman

Yeremia 28-29

 

Siapa orang yang paling Anda kasihi, pedulikan, hormati, kagumi, dan segani? dan ketika orang tersebut berkata-kata dan berbicara denganmu, bagaimana sikapmu? Tentu kita akan mempersiapkan diri dengan baik, mendengar dan memerhatikan dengan baik serta melakukan semua yang ia katakan dengan sebaik-baiknya bukan? Jadi, dapat dikatakan bahwa sikap kita dalam mendengar perkataan bergantung dari siapa yang berkata atau berbicara itu di mata kita, apakah ia orang yang penting ataupun tidak! Jika seorang Raja, Presiden maupun Perdana Menteri yang berbicara kepada kita, tentu kita akan mendengarkannya dengan serius bukan, kita tidak akan longok kanan dan kiri, tidak akan bermain dengan gadget kita, apalagi datang terlambat bukan! Oleh sebab itu, benar apa yang dikatakan oleh Ps. Lan Yong Xing beberapa minggu yang lalu bahwa untuk melihat seseorang serius dengan kehidupan rohaninya, dan untuk melihat apakah seseorang mengenal Tuhan dengan baik maka lihatlah bagaimana sikapnya dalam ibadah, lihatlah apakah ia datang terlambat, tepat waktu, ataupun mempersiapkan diri dengan datang beberapa menit sebelum ibadah dimulai!

Jika sikap kita dalam mendengar perkataan bergantung dari siapa yang berkata atau berbicara itu di mata kita, maka yang patut kita renungkan sekarang ini adalah siapakah TUHAN dalam hidupmu? hal ini akan menentukan bagaimana sikapmu ketika Ia mendengarkan firman-Nya!Yeremia 27: 5 mengatakan “Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang ada di atas muka bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku”. Yeremia 27:5 menegaskan tentang siapakah Allah bahwa Ia adalah Yang Maha Kuasa, Pencipta segalanya, yang empunya langit dan bumi beserta isinya, maha segala maha, dan firman-Nya adalah kekal (Mazmur 119: 89). Dan jika Ia yang berkata-kata dan berbicara maka sebenarnya tidak ada lagi alasan bagi kita untuk tidak mendengarkan-Nya, apalagi mengabaikan-Nya. Justru kita harus mendengarkan-Nya dengan seksama, penuh fokus dan penuh perhatian, penuh hormat dan kasih, sebab Ia yang berbicara adalah yang terpenting di hidup dan alam semesta ini. Kebenaran ini mesti kita terus ingatkan pada diri kita maupun rekan-rekan seiman kita, jangan sampai lengah! Kita harus mempersiapkan diri terlebih dahulu dan memeriksa diri kita sebelum dan ketika berjumpa dengan-Nya melalui doa-doa kita, ketika kita membaca dan merenungkan firman-Nya baik di dalam kehidupan spiritual pribadi kita, persekutuan-persekutuan maupun peribadatan kita!

Pada Yeremia 28: 2, 11, 13, 16, dan 29:4, 17, 21, 25, 31 dikatakan “beginilah firman TUHAN..”  Hal ini jelas hendak mau menegaskan bahwa TUHAN sedang berbicara dan hendak menyampaikan sesuatu yang sangat genting (Jika saudara menemukan kata yang diulang ketika membaca Alkitab maka TUHAN sedang menyampaikan sesuatu mengenai hal itu). Masalahnya adalah jika kita tidak mengenal-Nya dengan baik dan benar, maka bagaimana kita tahu dan mengenal firman-Nya? Dan juga bagaimana kita tahu bahwa Ia sedang menyampaikan sesuatu yang genting kepada setiap kita yang akan menentukan bagaimana sikap kita terhadap -Nya dan firman-Nya!

Jika kita baca dengan seksama bacaan kita hari ini maka kita akan menemukan setidaknya lima sikap orang di dalam mendengar firman TUHAN serta menyampaikannya, dan juga ditunjukkan  apa yang terjadi atas mereka kemudian. Orang yang pertama adalah Hananya., berikutnya adalah Ahab, Zedekia, dan Semaya. Yer 28: 1 jelas mengatakan bahwa Hananya ini adalah seorang nabi, dan sebagai seorang nabi, ia pun bernubuat tentang apa yang akan terjadi pada Israel di masa depan dan ia pun memperagakan tindakan simbolik (mematahkan gandar kayu) sebagaimana yang dilakukan nabi-nabi pada umumnya pada waktu itu (Yer 28: 2-11). Tetapi sayangnya apa yang dikatakan dan dinubuatkan nabi ini tentang damai sejahtera (Shalom) bukanlah berasal dari TUHAN, sehingga Yeremia mengatakan bahwa Hananya bukanlah utusan TUHAN (Yer 28: 15).  Sebanyak dua kali (Yer 28: 2, 11) Hananya berkata “beginilah firman TUHAN”, padahal TUHAN tidak berkata demikian padanya. Ia sesuka hati berbicara atas nama TUHAN untuk memuaskan keinginan dan harapan orang banyak. Ia dengan sengaja memelintir dan mencari pembenaran diri atas nama TUHAN sehingga TUHAN sendiri melalui Yeremia berkata kepadanya “sesungguhnya, Aku mengusir engkau dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau memberitakan pemberontakan terhadap TUHAN. Nabi Hananya pun mati pada tahun itu juga, di bulan ketujuh (Yer 28: 16-17).

Kita telah melihat dengan jelas sikap nabi Hananya terhadap TUHAN dan firman-Nya dan apa yang terjadi atas dirinya. Dan dari sini kita belajar dan diingatkan kembali untuk semakin serius terhadap TUHAN dan Firman-Nya sehingga kita semakin hari boleh semakin mengenal-Nya dengan baik dan benar. Sebab status dan aktivitas spiritual tidak menjamin pengenalan akan TUHAN seseorang. Tidak peduli ia adalah seorang nabi, hamba TUHAN, Majelis, para aktivis gereja, jika Ia tidak mau setiap hari merendahkan hati dan bertobat, serta belajar dan mencari-Nya dengan kesungguhan hati maka tidak akan terjadi pengenalan akan TUHAN dengan benar. Oleh karena itu, setiap hari kita harus memeriksa diri apakah kita sudah mengenal TUHAN dengan benar ataupun tidak! Jangan sampai kita seperti Hananya. Ia tidak hanya menyeret dirinya sendiri ke lobang kegelapan yang paling dalam, tetapi juga menyeret orang lain karena ia menyesatkan  mereka lewat dustanya (Yer 28: 15).

Mengenai penyesatan ini, Tuhan Yesus pernah berkata “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini” (Lukas 17: 1-2). Ya! Penyesatan pasti ada dan dapat dikatakan bahwa penyesatan itu semakin canggih pada zaman sekarang ini. Maka dari itu, sangat genting bagi kita untuk terus belajar firman TUHAN secara sehat sehingga kita memperoleh hikmat untuk membedakan mana ajaran yang sehat dan sesat. Maukah Anda untuk terus tekun belajar firman TUHAN? Mohonlah kekuatan dan keteguhan hati dari-Nya sehingga kita dapat semakin tekun dan giat belajar firman-Nya yang hidup, yang seperti pedang bermata dua; menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh kita, sehingga kita diberikan hikmat dalam melihat dan belajar ajaran yang sehat dan benar (Ibr. 4:12).

Selain Hananya, terdapat juga penyesat-penyesat lain yakni Ahab, Zedekia, dan Semaya. Mengenai Ahab dan Zedekia, TUHAN sendiri berkata “..tentang Ahab bin Kolaya dan tentang Zedekia bin Maaseya, orang-orang yang bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku: Sesungguhnya Aku akan menyerahkan mereka ke dalam tangan Nebukadnezar, raja Babel, yang akan membunuh mereka mati di depan matamu sendiri” (Yer 29: 21). Dan mengenai Semaya, TUHAN juga berkata “Kirimlah pesan kepada semua orang buangan itu: Beginilah firman TUHAN tentang Semaya, orang Nehelam itu: Oleh karena Semaya telah bernubuat kepadamu, sekalipun Aku tidak mengutusnya, dan ia telah membuat kamu percaya kepada dusta. maka beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku akan menghukum Semaya, orang Nehelam itu, dan keturunannya: tidak ada seorang pun dari keluarganya akan diam di tengah-tengah bangsa ini untuk melihat yang baik yang akan Kulakukan kepada umat-Ku, demikianlah firman TUHAN, sebab ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN” (Yer 29: 31-32).

Sebagai pemimpin-pemimpin Israel, Ahab, Zedekia, dan Semaya tidak hanya tidak mengenal TUHAN dengan baik dan benar, tetapi mereka juga menyesatkan banyak orang sebagaimana yang dilakukan oleh Hananya dengan penyesatan ajaran-ajaran palsunya yang mengatasnamakan TUHAN. Dan untuk mereka-mereka ini, TUHAN telah mempersiapkan hukumannya, dimana penghukuman yang terjadi tidak hanya kematian dan kesengasaraan di dunia ini, tetapi juga di kehidupan yang akan datang. Apa yang mereka lakukan ini tidak hanya menjerumuskan diri mereka kepada kegelapan yang paling dalam, tetapi juga menjerumuskan orang lain, sebab mereka tidak menyerukan pertobatan dan pembaharuan hati, mereka menyerukan Shalom tetapi sedang terjadi kekeringan kehidupan spiritual yang porak poranda di dalam kehidupan umat Israel. Dan ini tentulah bukanlah Shalom sama sekali. Oleh karena itu, TUHAN melalui Yeremia menegur dan bahkan menghukum para pemimpin ini dengan keras.

Yeremia juga memberitakan Shalom, tetapi shalom yang diberitakan olehnya berbeda dengan yang diberitakan oleh para penyesat-penyesat tersebut. Mengenai Shalom ini, di dalam Yeremia 29: 10- 14 dikatakan;

Sungguh beginilah firman TUHAN: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku melawat kamu. Aku akan menepati janji-Ku yang indah kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini. Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang Kupikirkan mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera (Shalom) dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Ketika kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; ketika kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; ketika kamu mencari Aku dengan segenap hati, Aku akan berkenan kamu temukan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan memulihkan keadaanmu dan akan mengumpulkan kamu dari antara segala bangsa dan dari segala tempat ke mana kamu telah Kucerai-beraikan, demikianlah firman TUHAN, dan Aku akan mengembalikan kamu ke tempat asal dari mana Aku telah membuang kamu

Di atas diperlihatkan bahwa TUHAN melalui Yeremia juga menegaskan tentang Shalom, damai sejahtera yang berasal dari lawatan-Nya, janji-Nya, pemulihan dari-Nya, keselamatan-Nya, rancangan-Nya, dan pada waktu-Nya. Dan Shalom/Syalom ( שָׁלוֹם) ini tidak terjadi begitu saja, tetapi oleh karena TUHAN Allah sendiri yang terjadi karena umat-Nya datang, mencari-Nya, berseru, dan berdoa dengan sungguh-sungguh. Artinya Shalom yang diberitakan Yeremia adalah Shalom yang berakar pada relasi dengan Allah alias Shalom yang sejati, dimana umat-Nya mau bertobat dengan sungguh-sungguh yang ditunjukkan melalui sikap mendengarkan firman-Nya dan di dalam keseharian hidupnya. Jadi, Shalom  bukan hanya sekedar damai dan tenang di permukaan luar saja seperti yang diberitakan Hananya, tetapi juga mencakup janji Allah, relasi kita dengan-Nya dan sesama, keselamatan, mencakup kekedalaman hati dan batin kita yang mengejawantah di dalam kehidupan sehari-hari secara holistis. Dengan kata lain, jika hidup kita pada saat ini telah berada di dalam keadaan damai dan tenang bukan berarti kita telah berada di Shalom! Karena hal itu bisa saja di permukaan luar, bersifat artifisial dan sementara saja.Yang pasti, jika kita mengenal Allah dengan benar, sungguh-sungguh hidup di dalam Dia, belajar dan mencari-Nya dengan segenap hati kita maka Shalom itu telah menjadi bagian kita oleh karena anugerah-Nya. Jadi, coba renungkan kembali, apakah Anda sedang atau telah mengalami Shalom? Tinggallah di dalam Dia, kenallah Dia dengan baik dan benar, belajarlah pada-Nya dengan tekun, dan carilah Dia dengan sungguh lagi maka Anda akan menemukannnya, yakin dan percayalah bahwa ketika Ia berfirman pasti akan digenapi-Nya! Dengan demikian Anda tidak hanya akan mengalami Shalom, tetapi juga tidak terjerat bahkan menjadi pelaku ajaran-ajaran palsu dan sesat Semaya, Ahab dan Zedekia maupun Hananya-Hananya zaman sekarang ini! Mari periksa dan persiapkan diri kita senatiasa ketika kita hendak datang menghadap-Nya dan ketika kita hendak mendengarkan firman-Nya!


Ps. Malemmita