Search

Pendalaman Alkitab HAGAI 2:21-24 TUHAN MEMAMPUKANKU

KETIKA MERASA TIDAK SANGGUP: Perbaki Kepemimpinan Diri

Kita memasuki bagian kitab Hagai yang terakhir, yakni khotbahnya yang ke-4 yang disampaikan pada tanggal 18 Desember 520 SM. Jika Anda ingin lebih memahami kondisi pada masa Hagai, sebaiknya Anda juga membaca Kitab Ezra, Nehemia dan Zakaria sebab mereka melayani pada zaman yang sama.

Pernahkah Anda meragukan dirimu sendiri? Pernahkah Anda meragukan kemampuanmu untuk menyelesaikan tugas yang telah dipercayakan kepadamu? Terutama ketika tugas yang sedang Anda kerjakan terasa sangat berat bahkan mendekati mustahil.

TUHAN ingin kita menjadi orang yang dapat dipercaya. Hasil itu milik Allah. Bukankah Musa dapat dikategorikan gagal jika kita mengukur dengan hasil? Sebab semua orang yang termasuk generasi pertama yang keluar dari Mesir (kecuali Yosua dan Kaleb) tidak berhasil memasuki Tanah Perjanjian. Bukankah Nuh termasuk seorang yang gagal sebab dia berkhotbah selama 120 tahun, tetapi tidak ada yang memercayainya?

Seandainya Saudara bekerja keras dan berjuang semampu Saudara tetapi tidak memberikan hasil. Akankah Saudara tetap setia? Akankah Saudara berkata, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahkan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak dalam TUHAN,  beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku” (Hak. 3:17-18).

Tuhan memperkenalkan Diri-Nya sebagai Tuhan semesta alam. Dia berkata,

  • Aku akan menggoncangkan langit dan bumi… Aku akan menunggangbalikkan takhta raja-raja…
  • Aku akan memusnahkan kekuasaan kerajaan bangsa-bangsa
  • Aku akan menjungkirbalikkan kereta dan pengendaranya.

TUHAN menegaskan bahwa Dialah yang akan BEKERJA. Tuhan sedang berkata bahwa Dia adalah Tuhan dan Raja atas semesta. Dia memegang kendali (He is in control). Dia yang menghancurkan Yerusalem dan Rumah-Nya. Dia yang membuang bangsa Israel ke Babel dan kemudian memulangkan mereka. Dia yang memerintahkan pembangunan kembali Rumah-Nya. 2 Tawarikh 36 melukiskan secara ringkas apa yang terjadi. Karena sayang kepada umat-Nya, Tuhan berulang kali mengirim pesan peringatan, tetapi mereka tidak percaya dan bahkan mengolok-olok setiap utusan-Nya.

Seperti yang tertulis dalam Mazmur 81:11-13, “Akulah TUHAN, Allahmu, yang menuntun engkau keluar dari tanah Mesir: bukalah mulutmu lebar-lebar, maka Aku akan membuatnya penuh.

Tetapi umat-Ku tidak mendengarkan suara-Ku, dan Israel tidak suka kepada-Ku.

Sebab itu Aku membiarkan dia dalam kedegilan hatinya; biarlah mereka berjalan mengikuti rencananya sendiri!

 

Tuhan bukan hanya memegang kendali, melainkan juga Allah yang sayang pada kita, yang memilih dan memampukan kita. Dia berkata,

  • Aku akan mengambil engkau… hamba-Ku (Aku memilih engkau)
  • Aku akan menjadikan engkau cincin meterai (Aku memandang engkau berharga)
  • Sebab engkaulah yang Kupilih.

Tuhan yang memilih dan menjadikan kita, hamba-Nya, karena kita sangat berharga bagi-Nya. Sebagai hamba-Nya, kita tidak bekerja untuk diri kita sendiri atau untuk orang lain, tetapi untuk Dia. Dialah Tuan atas hidup kita. Setiap kita harus mempertanggungjawabkan segala hal yang kita kerjakan kepada-Nya. Dialah yang membuat hidup kita berkembang. Kepemimpinan diri tidak bertumpu pada siapa kita,  tetapi kita sebagai milik TUHAN yang telah memanggil kita. Kepemimpinan diri juga tidak bertumpu pada kemampuan kita, tetapi pada TUHAN yang memampukan kita.

Jika kita membiarkan kesulitan yang kita hadapi berlalu begitu saja, maka kita telah menyia-nyiakan sebuah pelajaran yang berharga, yang dapat meningkatkan hidup kita dan membuat kita berkembang. Oleh sebab itu, setiap kesulitan yang kita hadapi semestinya menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk mengintrospeksi diri kita: memperbaiki prioritas, cara pandang, sikap hati kita dan cara kepemimpinan diri. Kiranya Tuhan menolong kita!

Pastor Lan Yong Xing