Search

Pendalaman Alkitab GOOD SHEPHERD

 

Yehezkiel 33-34

Menyoal istilah ketika membicarakan ataupun membahas sesuatu itu penting. Sebab masing-masing kita telah memiliki sudut pandang dan paradigma sendiri ketika melihat maupun mendengar sesuatu entah itu benar ataupun salah. Hal ini kemudian akan sangat berpengaruh ketika kita mengeksplorasi dan memaknai sesuatu, dan bahkan akan berpengaruh sangat kuat terhadap motivasi dan tujuan kita melakukan sesuatu. Tidak hanya itu, jika kita keliru memahami dan mengartikan istilah yang kita pakai selama ini, hal ini akan melahirkan buntut yang berkepanjangan di dalam kehidupan kita.

Bapak/Ibu/Sdr tentu masih ingat kisah Tuhan Yesus yang bertanya balik kepada seseorang yang bertanya kepada-Nya bagaimana caranya memperoleh keselamatan! Ketika orang tersebut mengatakan “Guru yang baik kepada Tuhan Yesus”, maka Ia bertanya balik kepadanya mengapa mengatakan bahwa Dia baik? (Markus 10: 18)”. Di sini Tuhan Yesus mau menunjukkan bahwa kita harus memahami apa yang kita katakan. Jangan sampai salah paham. Contoh salah paham ini mungkin sering kita temukan di dalam kehidupan kita sehari-hari, di mana ada orang yang mengatakan bahwa “Tuhan itu baik,” dan ketika mereka diperhadapkan dengan penderitaan mereka kecewa dan kepahitan terhadap Tuhan sebab mereka berpikir “kalau Tuhan baik mengapa ada penderitaan?” Oleh karena itu, ketika membicarakan sebuah topik, mesti jelas dan kita mengerti dahulu apa maksud dari istilah-istilah yang digunakan supaya kita jangan salah kaprah!

Tema yang menjadi renungan hari ini dari Yehezkiel 33-34 adalah “Good Shepherd” atau Gembala yang  baik. Maka di sini, sekurang-kurangnya kita mesti mengulik dulu apa yang dimaksud dengan “ Gembala yang baik.”  Kata gembala di sini berasal dari bahasa Ibrani  Roi (akar kata Raahlatin (Pastur atau Pastor); menggembalakan, menjaga, melindungi, pasca Yesus, ahli-ahli Perjanjian Baru kemudian mensinonimkannya dengan presbiter ataupun episkopos/penatua jemaat). Jadi, segala sesuatu yang berkenaan dengan istilah epistemologi maupun etimologi gembala yang baik ini adalah menunjukkan apa yang dimaksud dengan gembala yang baik.

Di dalam Yehezkiel 33-34 bacaan kita hari ini kita akan menemukan apa atau bagaimana yang dapat disebut sebagai gembala yang baik atau menggembalakan dengan baik. Pertama, gembala yang baik adalah adalah penjaga umat Israel, memperingatkan umat agar hidup di dalam pertobatan, dan gembala yang baik ditetapkan sendiri oleh Allah (Yeh 33: 1-20). Di dalam Yehezkiel 33:  7 dikatakan “Dan engkau anak manusia, Aku menetapkan engkau menjadi penjaga bagi kaum Israel. Bilamana engkau mendengar sesuatu firman dari pada-Ku, peringatkanlah mereka demi nama-Ku”. Di sini Yehezkiel kembali menegaskan tentang keabsahan dirinya sebagai orang yang ‘benar” dipilih dan ditunjuk Tuhan sekalipun tidak melalui upacara-upacara keimamatan tertentu. Dan karena sah ia adalah yang dipilih Tuhan maka orang-orang Israel mestilah mendengarkan peringatan-peringatan darinya agar umat Israel boleh bertobat karena sekalipun orang-orang Israel hidup bobrok (bahkan ay 11 & 19 menyebut mereka sebagai orang-orang fasik), Tuhan tidak menghendaki kebinasaan mereka, melainkan pertobatan mereka.

Sebagai penjaga Israel yang sah, maka tugas penggembalaan dalam hal ini adalah peringatan-peringatan kepada umat merupakan hal yang “mengikat.” Maksudnya, dalam situasi yang bagaimana pun peringatan-peringatan kepada umat harus dilakukan, sekalipun mereka tidak akan mendengarkan bahkan berkeras hati, bahkan juga tidak peduli dan juga menghina balik dan melemparkan kesalahan. Mereka harus tetap dijaga dengan senantiasa diperingatkan sekalipun umat tidak menghargai. Sebab, jika tidak diperingatkan maka Allah akan menuntut nyawa yang mati binasa karena kesalahannya itu kepada si penjaga, tetapi jika telah diperingatkan maka penjaga itu telah menyelamatkan nyawanya (Yeh 33: 1-9).

Dengan respon umat yang tidak acuh itu terhadap peringatan-peringatan kenabian Yehezkiel, jika kita menjadi Yehezkiel mungkin kita akan mengeluh dan menggerutu. Hal ini tentulah hal yang wajar, Yehezkiel pun mengalaminya. Tuhan dengan jelas mengatakan realita ini kepada Yehezkiel melalui Yeh 33: 31-32 dimana dikatakan bahwa menanggapi Yehezkiel mulut umat itu manis manis dan mereka memang mendengar Yehezkiel, tetapi hati mereka keji, mereka tidak melakukan peringatannya, dan menganggap Yehezkiel sebagai seorang penyair maupun orang yang memainkan musik-musik yang indah buat mereka. Kalau di dalam bahasa zaman sekarang ini, Yehezkiel ini dianggap sebagai tukang jualan obat-obatan di pasar yang menghibur orang lain, promo agar obatnya laku. Sedemikian besar tantangan-tantangan yang dihadapi Yehezkiel sebagai gembala yang baik, penjaga Israel. Namun, ia tetap melakukan tugas dan panggilannya itu sekalipun ia tidak nyaman dan dihargai. Jika suatu hari, oleh karena memberitakan kabar baik, memberitakan keselamatan, dan peringatan-peringatan kita juga mengalami apa yang telah dialami oleh Yehezkiel, ingatlah bahwa kita tidak sendiri, Yehezkiel telah melaluinya, Kristus telah melaluinya, dan mereka berhasil melaluinya karena fokus kepada Allah. Kita pun pasti dapat melaluinya jika fokus dan bersandar pada Allah.

Kedua, Tuhan sendirilah gembala yang baik yang akan menggembalakan umat-Nya dengan baik, yang berbeda dengan gembala-gembala jahat yang ada pada waktu itu. Gembala yang jahat adalah gembala yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka adalah orang-orang yang hanya mau mengambil keuntungan dan manfaat melalui domba-dombanya. Mereka tidak peduli sama sekali mengenai keadaan domba. Yehezkiel 34: 4 menggambarkan gembala jahat ini tidak hanya tidak peduli kepada domba-domba, tetapi mereka bahkan bertindak semena-mena, dikatakan “Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman”. Di sini terlihat jelas perlakukan gembala yang jahat, semena-mena dan tidak bertanggung jawab itu kepada domba-domba atau umat Israel sehingga keadaan domba secara keseluruhan pun tersesat, tercerai-berai, mereka hancur dan menjadi mangsa bagi binatang buas (Yeh 34: 5-8)

Oleh karena keadaan domba-domba ataupun umat Israel sangat memerhatikan dikarenakan ulah para gembala jahat tersebut maka Tuhan berkata bahwa Ia sendiri yang akan menjadi lawan para gembala jahat itu (Yeh 34: 10). Dan Ia sendiri yang akan menggembalakan domba-domba, umat-Nya Israel. Jika kita perhatikan dengan sungguh, maka pada pasal 34 ini sebanyak tiga kali Tuhan menegaskan bahwa ia sendiri yang akan menggembalakan umat-Nya yakni pada ayat 11, 15, dan 31. Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan benar-benar peduli kepada umat, Ia tidak menghendaki kebinasaan, tetapi pertobatan.

Di dalam Yehezkiel 34: 15-16 dikatakan “Aku sendiri akan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya. Di sini Tuhan memberikan pengharapan kepada umat Israel ketika Ia yang menjadi gembala. Di mana kehidupan umat tidak hanya terjaga dan terlindungi dengan baik, tetapi juga dirawat dengan baik. Bahkan Tuhan sangat mempedulikan kenyamanan dan kesejahteraan domba-domba sehingga Ia akan membaringkan mereka, dalam arti mengistirahatkan mereka ke tempat yang tenang, yang dijaga-Nya dengan baik. Tuhan akan juga menyediakan kebutuhan mereka dengan menurunkan hujan (berkat) sehingga kebutuhan air tercukupi untuk minum, dan untuk menghijaukan rerumputan serta pohon-pohon sehingga dapat menghasilkan buah yang baik untuk dinikmati para domba-domba, umat Israel.

Tidak hanya itu, Tuhan juga peduli terhadap kebahagiaan para domba, umat Israel, dan oleh karena itu Ia akan mendirikan taman kebahagiaan (Yeh 34: 29). LXX menerjemahkan taman kebahagiaan ini dari phuton eirenes yang secara literal dapat diterjemahkan sebagai perkebunan damai/sejahtera (TB-BIS, menerjemahkan sebagai ladang-ladang yang subur). Hal ini mau mengingatkan bahwa jika Tuhan sebagai gembala maka kehidupan umat Israel benar-benar terjamin. Hal ini tentu juga menjadi pengharapan dan kekuatan bagi setiap kita orang percaya pada zaman sekarang ini bahwa jika Tuhan yang menjadi gembala dalam kehidupan kita maka hidup kita pasti akan terjamin. Jika demikian, apa lagi yang Anda khawatirkan?

Sebagai gembala yang baik maka Tuhan akan memimpin kita, menjaga dan menolong setiap kita jika kita memang adalah domba yang baik tentunya. Namun, kenyataan bahwa Tuhan adalah gembala yang baik tidak dapat dipisahkan bahwa Ia juga adalah seorang gembala yang baik yang adalah hakim. Pada Yeh 34: 17 dengan jelas dikatakan bahwa Ia akan menjadi hakim di antara domba dengan domba, dan di antara domba jantan dan kambing jantang. Pada Yeh 34: 20 juga kembali ditegaskan bahwa Ia adalah hakim yang akan menghakimi antara domba yang gemuk dan domba yang kurus. Melalui ayat 17 dan 20 ini maka kita dapat melihat realitas kehidupam domba-gembala yang lain! Jika sebelum-sebelumnya diperlihatkan kepada kita mengenai gembala yang jahat, mengenai kambing di antara domba, di sini diperlihatkan bahwa ada juga di antara domba yang saling memangsa di mana domba yang kurus yang akhirnya menjadi korban (Yeh 34: 21).

Jika kita tarik relevansi kehidupan domba-gembala umat Israel ini di dalam kehidupan kita pada saat ini mungkin kita juga akan menemukan hal yang tidak jauh berbeda dengan realitas yang digambarkan oleh Yehezkiel 33-34 di dalam bacaan kita hari ini. Di dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan menggereja kita mungkin akan menemukan para gembala (pemimpin, aktivis, dsb, bahkan bisa termasuk kita juga!) yang jahat, yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, firman hari ini mengingatkan setiap kita untuk jangan tergoda dan dibuai menjadi gembala yang jahat tersebut, karena Ia yang akan menjadi lawan kita. Tetapi marilah kita senantiasa memeriksa diri dan saling memperingati untuk dapat menjadi gembala yang baik, yang berkenan pada-Nya.

Sebagai orang-orang percaya kita juga diingatkan untuk saling memperingati dan peduli terhadap kehidupan dan keselamatan orang lain, sebab hal itu tidak dapat dilepaskan dari panggilan kita juga sebagai pengikut-pengikut Kristus. Oleh karena itu, mari kita mengingat seseorang yang kita tahu bahwa hidupnya telah jauh dari Tuhan, kita mendoakannya dan mem-follow-upnya sebagai bentuk cinta kasih kita kepada Allah. Inilah yang dirindukan Tuhan. Sebab ia tidak menghendaki kebinasaan, tetapi menghendaki pertobatan dan keselamatan. Kiranya kita boleh menjadi agen-agen pertobatan dan keselamatan kapan pun dan di mana pun kita berada.

Tuhan adalah gembala yang baik, dan hanya Dialah gembala yang baik, oleh sebab itu mari kita menjadi domba yang baik dan mendengarkan suaranya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Tuhan Yesus pada Yohanes 10: 14 “Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku,” ….mereka akan mendengarkan suara-Ku… (Yoh 10: 17). Kita memiliki gembala yang baik yang menunutun dan menjamin kehidupan kita!  jika demikian apakah kita sebagai domba, umat yang baik rindu untuk semakin mengenal-Nya dan rindu senantiasa mendengar suara-Nya? bagaimana selama ini upaya saudara dalam langkah konkret mewujudkan kerinduan itu?

Ps. Malemmita