Search

Pendalaman Alkitab Akhir Hidup Orang Yang Taat dan Tidak

Yeremia 34-35

Bacalah Yeremia 34-35 dengan belajar memasukkan diri Anda ke dalam bacaan dan renungkan kembali, bagaimana perasaanmu, bagaimana perasaan TUHAN, dan apa yang TUHAN sampaikan kepadamu melalui perenunganmu tersebut? Di dalam membaca dan merenungkannya Anda dapat mengandaikan atau membayangkan perasaan Anda  jika menjadi: Yeremia, Zedekia, Yoyakim, Nebukadnezar, umat Israel, para budak, bahkan “Tuhan” sekalipun. Setelah membaca dan merenungkannya, sharingkanlah dengan orang-orang terdekat Anda dan berdoa serta saling mendoakanlah!

“Apa yang pernah TUHAN Janjikan padamu?” merupakan salah satu pertanyaan refleksi di dalam OSTM minggu yang lalu, dan saya yakin bahwa kita telah benar-benar merenungkan pertanyaan tersebut secara mendalam bukan! Bagaimana hasilnya? Dengan pertanyaan ini, saya pribadi juga kembali diingatkan betapa bahwa janji TUHAN itu iya dan amin, benar adanya walaupun seringkali waktu kita dan waktu-Nya di dalam melihat realisasi janji itu tidaklah sama sehingga di dalam proses penantian janji itu kita mesti senantiasa memelihara kehidupan iman kita kepada-Nya.

Bacaan kita hari ini dari Yeremia 34-35 juga berbicara tentang janji yakni janji TUHAN kepada umat dan juga janji-janji umat kepada-Nya. Mengenai janji TUHAN kepada umat ini tentu berbeda dengan janji TUHAN kepada setiap kita sebagaimana yang kita renungkan minggu lalu. Sebab jikalau janji TUHAN kepada kita adalah refleksi kita di dalam perenungan firman TUHAN, dan dapat dikatakan bahwa perjanjian itu tidak belangsung “dua arah dan dengan bukti konkrit perjanjian sebagaimana lazimnya dalam PL”, maka janji TUHAN, atau perjanjian TUHAN dengan umat-Nya di dalam Yeremia 34-35 adalah kedua belah pihak dengan disertai bukti atau materai secara konkrit seperti yang dikatakan oleh Yer 34: 18 “Aku akan menyerahkan orang-orang, yang melanggar perjanjian-Ku dan yang tidak menepati isi perjanjian yang mereka ikat di hadapan-Ku, dengan memotong anak lembu jantan menjadi dua untuk berjalan di antara belahan-belahannya”. Di sini bukti konkrit bahwa perjanjian itu sah adalah dengan dikorbankannya darah binatang, dan binatang itu kemudian dibelah menjadi dua dimana hal ini hendak menunjukkan konsekuensi bagi pihak pelanggar yang melanggar perjanjian yang sah itu nantinya.

Banyak penafsir mengatakan bahwa sebenarnya TUHAN tidak harus membuat perjanjian sebab Ia adalah mahabesar, mahasuci, dan dan mahakuasa, yang tidak mungkin disetarakan dengan umat Israel (pada waktu itu yang mengikat perjanjian biasanya ada “kesetaraan”). Namun, walau tidak setara, karena Ia begitu mengasihi umat-Nya dan Ia rindu agar umat-Nya dapat hidup benar dan berbalik pada-Nya, Ia pun merendahkan diri dan setuju dengan perjanjian itu, dan Ia menjanjikan pemulihan sebagaimana yang telah kita baca dan pelajari di pasal-pasal sebelumnya. Mengapa sebuah ketidakharusan bagi-Nya untuk mengikat perjanjian? Sebab bagi pelanggar perjanjian akan mati menggenaskan sebagaimana binatang yang dibelah dua di dalam perjanjian tersebut, dan ini tidak mungkin terjadi pada Allah bukan? Oleh sebab itu, janji Allah Ia dan Amin, Ia akan menjamin perjanjian-Nya, Ia menjamin bahwa janji-Nya pasti akan Ia genapi. Namun, di sisi lain dari sebuah perjanjian Allah dengan umat yang sangat mengkhawatirkan adalah justru umat-Nya sendiri sebab konsekuensi dari perjanjian itu sendiri sangat mengerikan. Dan hal ini jugalah yang akan kita saksikan melalui bacaan kita hari ini. Di mana kita akan menemukan dua jenis respon umat TUHAN terhadap perjanjiannya dan bagaimana akhir hidup mereka.

Derek Kidner dalam bukunya “The Message of Jeremiah: The Bible Speaks Today” membagi pasal 34-35 menjadi dua bagian besar yakni bagian pertama adalah pasal 34: 1-22 merupakan bagian yang menceritakan umat TUHAN yang melanggar perjanjian, dan bagian kedua adalah pasal 35: 1-19 adalah bagian yang menceritakan umat TUHAN yang memelihara perjanjian. Pada bagian pertama, Yeremia 34: 1-7 memperlihatkan bahwa hanya tinggal dua kota lagi dan  kota Yerusalem saja yang belum ditaklukkan, dan oleh karena itu raja Zedekia berada dalam situasi yang sangat bimbang dan depresi, dan oleh karena itu kemungkinan besar juga yang menyebabkan Zedekia setuju dengan Yeremia mengenai perlakukan pembebasan para budak padahal sebelum-sebelumnya ia selalu berbeda pendapat dengan Yeremia.  Mungkin Zedekia telah bertobat, tetapi mungkin juga tidak. Sebab bisa jadi ia berpikir bahwa pembebasan itu akan menguntungkannya karena dalam situasi sulit nantinya tentu akan terjadi kelaparan karena peperangan, dan hal yang demikian tentu akan menyususahkannya sendiri. Dan oleh karena itu ia mengambil tindakan yang terbaik untuk dirinya yakni setuju dengan Yeremia. Sekilah, Zedekia Nampak adalah orang yang baik dan bermoral, tetapi hal itu bisa jadi merupakan bentuk keegoisan dan pembenaran diri.

Di dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi kita pun seperti Zedekia ini, cari aman. Kita mengatakan bahwa apa yang kita lakukan adalah yang terbaik karena kita mengasihi TUHAN dan segala ciptaan-Nya, tetapi itu merupakan bentuk kepentingan diri kita, dan untuk membenarkan diri kita, maka kita pun berdalih. Seperti yang pernah dikatakan oleh Anthony De Mello bahwa tidak ada orang yang melakukan sesuatu tidak untuk kepentingan dirinya sendiri, hanya memang ada orang yang nampak dengan jelas bahwa ia mementingkan diri sendiri melalui tindakan dan prilakunya. Namun, ada orang yang melakukan kepentingan orang lain untuk kepentingannya baik di dalam pekerjaan bahkan di dalam dunia pelayanan sekalipun. Dan ini yang terlihat pada kisah Zedekia. Ia memang seakan membantu para budak dengan maklumat pembebasannya, tetapi jika kita telusuri lebih lanjut maka kita akan menemukan bahwa tidaklah demikian. Maka patut kita renungkan apakah di dalam melakukan segala sesuatu selama ini kita terjebak pada dua kepentingan ini sehingga keakuan dan keinginan kita yang menjadi fokusnya? Jika demikian, berdoalah dan mohon pertolongan-Nya!

Mengenai perubahan sikap dalam pembebasan budak orang Israel ini, Kinder mengungkapkan bahwa ketika Babel menaklukkan Yerusalem, di waktu yang berbarengan kekuatan mereka juga terpecah karena melawan Mesir sehingga pengepungan terhadap Yerusalem di suatu waktu tertentu pada waktu itu relatif longgar, dan oleh karena itu orang-orang Israel (para pemuka agama dan pemimpin) kembali mengambil budak yang mereka janjikan untuk dilepaskan. Dengan kata lain, mereka tidak benar-benar rela untuk melepaskan para budak itu padahal mengapa mereka harus membebaskan para budak-budak tersebut sangat jelas diterangkan Yeremia pada pasal 34: 12-14.

Mengenai perubahan sikap tentang pembebasan budak-budak tersebut Yer 34: 11 mengatakan “Tetapi sesudah itu mereka berubah pikiran, mereka mengambil kembali budak-budak lelaki dan perempuan yang telah mereka lepaskan sebagai orang merdeka itu dan menundukkan mereka menjadi budak laki-laki dan budak perempuan lagi”. Kata “tetapi susudah itu” disini dapat merujuk kepada dua hal, pertama merujuk kepada perubahan pikiran dan Tindakan mereka yang drastis, yang kedua adakah kepada mengapa mereka segera berubah pikiran yakni karena peristiwa militer yang menguntungkan mereka. Intinya adalah mereka tidak tulus dan dengan bulat hati untuk memelihara perjanjian sehingga dengan mudahnya mereka ingkar janji. Oleh karena itu TUHAN mengatakan bahwa dengan berbuat seperti itu mereka telah menajiskan nama-Nya, mereka tidak mau mendengarkan-Nya sekalipun telah diberikan banyak kesempatan untuk bertobat, dan oleh karena itu, seperti konsekuensi perjanjian yang akan mengakibatkan kengerian demikian juga akan mereka alami; mereka akan diserahkan kepada pedang, sampar, dan kelaparan (Yer 34:16-22)

Jika kita pernah mendengar istilah “TOMAT (Kristen Tomat), hari ini tobat besok kumat”, istilah ini agaknya cocok disematkan kepada orang-orang Israel dan para pemuka serta pemimpinnya yang tidak taat dan setia pada pasal 34 ini. Mereka tidak sungguh-sungguh dan tidak tulus untuk bertobat. Mereka keras hati dan hanya memikirkan dan mementingkan kepentingan sendiri sehingga hidup mereka berakhir tragis seperti yang terlihat dalam Yer 34: 20-21 (mayat mereka menjadi makanan burung dan bintang-binatang), dan mereka akan diserahkan kepada tangan-tangan musuh mereka, dan kota-kota Yehuda akan sunyi sepi. Tentu sebagai orang-orang percaya kita tahu bahwa akibat dari penghianatan seperti ini tidak hanya berakhir di hidup ini, tetapi hidup yang akan datang juga sebab segala sesuatu dalam hidup ini akan diperhitungkan dan dibawa kepada penghakiman di kekekalan nantinya (Pengkotbah 12: 14).Yeremia 34 mengajarkan dan mengingatkan kita untuk memeriksa motivasi dan fokus kita di dalam mengikut TUHAN, apakah kita tulus dan sungguh-sungguh ataukah itu sebagai bentuk kamuflase dari kepentingan-kepentingan kita?

Jika pada pasal 34 Yeremia menunjukkan ketidaksetiaan orang-orang Israel dan para pemimpinnya terhadap perjanjiannya dengan Allah, maka pada pasal 35 ditunjukkan sebaliknya, kaum Rekhab (kaum yang taat, bersama raja Yehu, ia turut membumihangsukan para penyembah-penyembah Ball (2 Raja2 10: 15-27).) sebagai teladan karena memelihara perjanjian pada zaman Yoyakim. Mengenai ketaatan kaum Rekhab dan ketidaktaatan kaum Israel ini Yer 35: 14-16 mengungkapkannya secara  jelas dengan berkata;

“Memang perintah Yonadab bin Rekhab itu masih ditepati; ia telah memerintahkan kepada keturunannya, supaya mereka jangan minum anggur, dan sampai sekarang ini mereka tidak meminumnya, sebab mereka mendengarkan perintah bapa leluhur mereka. Aku sendiri telah berbicara kepada kamu, terus-menerus, tetapi kamu tidak mendengarkan Aku. Aku terus menerus mengutus kepadamu semua hamba-Ku, para nabi, untuk mengatakan: Kembalilah kamu masing-masing dari tingkah langkahmu yang jahat itu, perbaikilah perbuatanmu, janganlah mengikuti ilah-ilah lain dengan beribadah kepada mereka, maka kamu akan tetap tinggal di tanah yang telah Kuberikan kepadamu dan kepada nenek moyangmu. Tetapi kamu tidak mengarahkan telingamu dan tidak mau mendengarkan Aku. Sungguh, keturunan Yonadab bin Rekhab menepati perintah yang diberikan bapa leluhurnya kepada mereka, tetapi bangsa ini tidak mau mendengarkan Aku!

Di atas ditunjukkan ketaatan dan ketidaktaatan yang “ekstrem”, dan TUHAN mau kita sebagai pembaca zaman sekarang belajar dari hal tersebut. Pada ayat 14-16 ditunjukkan ketaatan kaum Rekhab setelah sebelumnya diuji oleh Yeremia dengan ujian yang sangat menggoda dan terorganisir. Sebagai seorang pemimpin spiritual Yeremia menggunakan otoritasnya untuk meminta orang-orang Rekhab ini ke Rumah TUHAN dan meminum anggur. Namun, kaum Rekhab memilih taat daripada mengikuti pemimpin spiritual mereka dan mengatakan kepada Yeremia “kami mentaati perkataan Yonadab bin Rekhab, bapa leluhur kami dalam segala apa yang diperintahkannya kepada kami, agar kami tidak minum anggur selama hidup kami, yakni kami sendiri, isteri kami, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan kami; agar kami tidak mendirikan rumah-rumah untuk kami diami, tidak mempunyai kebun anggur atau ladang serta benih, melainkan kami diam di kemah-kemah dan taat melakukan tepat seperti yang diperintahkan kepada kami oleh Yonadab, bapa leluhur kami”. (Yer 35: 8-10).

Kaum Rekhab ini tidak hanya hidup ugahari mirip seperti Yohanes pembaptis, tetapi mereka juga taat “ekstrem”. Maksudnya mereka berpendirian teguh untuk hidup mengelana dan tidak minum anggur, bahkan mereka lebih memilih taat kepada perjanjiannya dengan nenek moyangnya daripada mengikuti pemimpin spiritual mereka. Ini sangat jauh berbeda dengan umat Israel, mereka tidak taat sama sekali pada TUHAN, dan tidak mengindahkan perjanjian nenek moyang mereka dengan Allah untuk memaklumkan pembebasan para budak dan terlebih lagi untuk hidup taat dan setia dengan hidup fokus pada Allah. Mereka menyembah berbagai berhala-hala dalam hidup mereka yang dilarang keras oleh Allah. Mereka berkeras hati meskipun TUHAN terus-menerus menyerukan agar mereka bertobat dan kembali pada-Nya, dan oleh karena itu akhir hidup mereka sangat mengenaskan dan mengerikan (Yer 35: 17). Sementara, bagi orang yang taat, TUHAN akan pulihkan keadaan hidup mereka dan mereka akan mendapat hal yang indah dan berharga yakni menjadi bagian dalam melayani-Nya sepanjang masa (Yer 35: 19).

Melalui Yer 34-35 ini kita diingatkan untuk senantiasa mengarahkan hidup kita pada Allah dan janji-Nya. Kita juga diingatkan untuk taat dan setia terhadap-Nya dan mengingat dan melakukan apa yang telah kita janjikan pada-Nya sehingga kita dianugrahnya buah dari janji tersebut, bukan buah kengerian dan kebinasaan, tetapi buah berkat yang kekal. Kita juga belajar dari kaum Rekhab untuk hidup ugahari (hidup dalam kesederhanaan), dan lebih taat kepada Allah dan firman-Nya daripada yang lain! Dan oleh karena itu kita harus tekun belajar firman-Nya sehingga kita dapat bertumbuh dewasa di dalam pengenalan akan Dia. Kita juga diingatkan untuk merenungkan kembali apa yang pernah kita janjikan kepada-Nya dan apa yang telah terjadi kepada nazar atau perjanjian kita itu?  periksa hati kita! jika kita lupa dan lalai, maka saat ini mohonlah pertolongan dari TUHAN, dan berdoalah, baharuilah perjanjianmu itu di hadapan-Nya! Ingat, bahwa Ia adalah Allah yang adil dan setia, Ia akan akan mengampuni kita dan membaharui hidup kita yang dengan sungguh-sungguh datang pada-Nya (1 Yoh 1: 9). Kiranya TUHAN menolong kita untuk hidup taat dan setia pada-Nya serta teguh memelihara janji iman kita pada-Nya! Amin.


Ev. Malemmita