Pendalaman Alkitab 1 Petrus 1:3-12 Harapan Yang Mengubah Hidup
Bersyukur karena kita bisa bertemu secara langsung, selama ini hanya sebatas zoom soalnya ya. Dan ini juga persekutuan komisi wanita pertama kali di tahun ini ya. Nah IIS, hari ini kita akan merenungkan sebuah tema Harapan Yang Mengubah Hidup, yang terambil dari 1 Petrus. 1:3-12. Mari kita membuka Alkitab kita, dan saya akan membacakannya untuk IIS sekalian. –
IIS, pada 4 Juli 1952, seorang perenang wanita bernama Florence Chadwick menetapkan sebuah tujuan besar, yaitu untuk menjadi wanita pertama yang berenang dari pulau Catalina ke Palos Verde di pantai California yang berjarak 41,6 km. Ketika berenang, ia diapit oleh dua perahu kecil. Perahu yang satunya bertugas untuk mengawasi Florence sehingga terhindar dari serangan hiu dan mengantisipasi jika Florence tiba-tiba kram, terluka atau kelelahan, dan di perahu satunya lagi ada pelatih dan ibunya yang memberikan dukungan kepadanya.
Sementara jutaan orang menonton di televisi nasional, Florence terus berenang melawan cengkraman dingin air laut yang seperti es. IIS, setelah 15 jam berenang, tiba-tiba kabut gelap seperti dinding tebal menghalangi jarak pandangnya. Ia sama sekali tidak dapat melihat apa-apa, bahkan dua perahu yang mengapitnya saat berenang. Ibunya dan pelatihnya yang duduk di salah satu perahu itu tersebut terus memberinya dorongan dan semangat. Mereka mengatakan bahwa pantai tujuannya tidak jauh lagi. Tapi Florence hanya bisa melihat kabut dan ia berkata bahwa ia tidak akan berhasil, sebab ia tidak bisa melihat pantai tujuannya. Ibunya dan pelatihnya mendesak Florence untuk tidak berhenti dan akhirnya Florence memutuskan untuk berenang satu jam lagi. Namun IIS, setelah berenang satu jam, Florence akhirnya memutuskan untuk menyerah dan meminta agar diangkat ke perahu karena ia merasa tidak akan pernah sampai ke tujuan.
Namun IIS, setelah berada di perahu, Florence diliputi perasaan yang begitu kecewa dan penyesalan yang luar biasa. Sebab ia diberitahu bahwa ternyata pantai yang harus ia tuju hanya tinggal 800 meter lagi! Jika dihitung dari kecepatan berenangnya yang sebelumnya, ia hanya butuh waktu sekitar 19 menit saja untuk sampai ke tujuan dan menyelesaikan pertandingan renang itu. Bayangkan IIS! Ia telah menghabiskan waktu untuk berenang selama 16 jam, seandainya ia bisa bertahan 19 menit saja, maka kemenangan sudah di tangannya. Betapa kecewanya Florence ketika ia mengetahui hal ini! Kabut yang tebal itu telah menyebabkannya gagal dalam pertandingan renang tersebut.
IIS, sama halnya dengan Florence,dalam perjalanan iman kita mengikut Tuhan, begitu banyak hal bisa mengaburkan pandangan kita. Kabut itu bisa berupa pergumulan hidup, penderitaan, sakit penyakit, permasalahan keluarga, ekonomi, atau mungkin dosa tertentu yang membuat kita berpikir bahwa saya gak mungkin diterima Tuhan, saya gak mungkin bisa bertahan setia kepada Tuhan hingga akhir hidupku. Saya gak mungkin bisa melewati semua pergumulan ini. Masalah datang silih berganti, bagaikan kabut tebal yang menghalangi pandangan kita, yang membuat kita ragu bahkan (mungkin) mempertanyakan Tuhan dalam hidup kita.
IIS semua hal ini juga dialami oleh penerima surat dari Petrus yang telah kita bacakan tadi. Bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil, dan Bitinia, yang juga sedang mengalami begitu banyaknya penderitaan, penolakan, persekusi, ditindas, bahkan dianiaya. Semua itu bagaikan kabut tebal yang mungkin membuat mereka bertanya, “mengapa kita mengalami ini semua? Sanggupkah kita dapat bertahan dan melewati ini semua?”
Dalam keadaan yang putus-asa tersebut, Petrus menuliskan ay. 3-4 bahwa Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, – Kok bisa? Petrus memuji Tuhan padahal mereka sendiri sedang mengalami penderitaan? Apa alasan Petrus memuji Tuhan?
Kebangkitan Kristus Memberi Harapan
Kalau kita lihat ayat selanjutnya, di sana dikatakan karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di surga bagi kamu. WOW, IIS Petrus dapat berkata demikian, ternyata karena Tuhan telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus, sehingga IIS kita yang seharusnya akan binasa setelah kematian, tidak punya pengharapan, kini memiliki pengharapan yang pasti, bahwa kelak kita akan menerima suatu bagian yang tidak binasa, tidak dapat layu dan tercemar, yaitu keselamatan kekal.
Ef 2:4-5 - “(4)Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (5)telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan.
Itu berarti IIS, Petrus mau berkata kepada kita bahwa selalu ada alasan untuk kita memuji Tuhan. Bukan hanya ketika suami memberikan uang jajan, bukan hanya ketika kita dapat membeli barang kesukaan kita karena diskon besar-besaran, bukan hanya karena suami dan anak-anak kita suka pada masakan kita, bukan hanya ketika anak-anak kita berprestasi, dsb. Tetapi, walaupun itu semua tidak terjadi, atau bahkan walaupun kita sedang berada di dalam pergumulan dan penderitaan, kita tetap memiliki alasan untuk memuji Tuhan, minimal 1 alasan. Apa alasannya? Karena Tuhan telah mati dan menebus kita. Kita yang seharusnya kena murka, kita yang seharusnya kena kutuk dan hukuman kekal, kita yang gak bisa menyelamatkan diri kita sendiri, tapi Tuhan tanggung itu semua, supaya kita yang percaya menerima keselamatan kekal. Wow… IIS ini adalah berita yang sangat luar biasa. – Tetapi yang menjadi pertanyaan bagi kita, pernah gak IIS bersyukur karena karya keselamatan yang Tuhan sudah kerjakan bagi IIS? Kapankah terakhir kali IIS bersyukur akan karya keselamatan yang Tuhan berikan kepada Anda? Bahwa kita yang tidak layak ini, tapi Tuhan mau cari kita, kasihi kita, bahkan rela mati bagi kita.
Dan luar biasanya, keselamatan yang Tuhan kerjakan itu sebuah kepastian. Dikatakan keselamatan itu tidak dapat binasa, tidak dapat cemar (seperti mungkin barang berharga yang makin lama makin luntur, makin jadul, makin turun harganya), tidak dapat layu (seperti tumbuhan yang terus bertumbuh), tersimpan di surga bagi kamu (tersimpan di istana presiden saja gak ada yang bisa ambil/curi, apalagi di surga). Dengan kata lain, keselamatan itu gak ada yang bisa ganggu gugat, gak ada yang bisa rebut dari IIS, pasti IIS akan dapatkan kelak.
IIS, kembali pada kisah Florence tadi. Dua bulan setelah kegagalannya dalam pertandingan itu, ia mendapatkan kesempatan untuk berenang lagi di tempat yang sama. Kali ini, kabut yang sama padatnya seperti pada saat ia berenang pertama kali datang kembali. Tapi kali ini Florence berenang dengan keyakinan yang utuh. Ia tetap berenang, sekalipun kabut yang pekat menghalangi penglihatannya. Ia berfokus pada tujuan yang akan ia tempuh, sekalipun kabut itu membuat penglihatannya akan pulau Palos Verde kabur. Namun ia yakin bahwa pulau itu ada di sana, dan Ia pasti dapat sampai ke sana. Harapan itulah yang membuat ia bertahan di tengah kabut tebal. Dan kali ini, ia berhasil memecahkan rekor menjadi wanita pertama yang berenang dari pulau Catalina menuju pantai California dengan waktu 13 jam 47 menit dan 55 detik.
IIS, pengharapan inilah yang memberi kekuatan kepada Florence dan kepada kita juga yang menghadapi berbagai pergumulan kehidupan, pengharapan sama inilah juga yang menjadi alasan kita untuk bertahan di tengah penderitaan.
Pengharapan Menghasilkan Iman Yang Benar
Ay. 5 mengatakan yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. – Tuhan bukan hanya memberikan keselamatan itu secara cuma-cuma, tetapi juga memastikan agar tidak akan ada yang pernah dapat merebutnya dari Anda, apapun itu, sebab karena kita dipelihara oleh kekuatan Allah.
IIS, pengharapan inilah yang membuat kita tenang untuk menaruh iman kita kepada Tuhan. Bukan karena kita hebat, kita luar biasa, iman kita besar, tapi karena kepada siapa iman kita letakkan. Ada seorang pengkhotbah, yaitu (PPT!!!) Pdt. Yakub Tri Handoko berkata bahwa “Iman yang benar lebih penting daripada iman yang besar.” – Mengapa? Karena banyak orang yang imannya besar, tapi salah beriman. Imannya, kalau saya rajin ibadah, rajin ke gereja, rajin ini itu, pasti Tuhan akan berkati, berikan kelimpahan, dll. Nyatanya gak selalu seperti itu kan cara kerja Tuhan? Makanya lebih penting iman IIS itu besar, meskipun mungkin kecil, masih banyak pertanyaan, masih banyak keraguan, tetapi IIS tetap memutuskan untuk percaya, karena IIS yakin bahwa Tuhan itu baik, Tuhan itu setia, Tuhan akan memberikan kekuatan, akan menyertai kita.
IIS pernah liat foto jembatan kaca di china? (ada orang yang….) Apa yang membuat jembatan itu tidak pecah meskipun ditiup angin kencang? Apa yang membuat orang-orang itu tidak jatuh? Apakah karena keberaniannya? Apakah karena dia ringan? Apakah karena dia kuat? Bukan. Tapi karena kacanya yang kuat itu menopang orang-orang yang berdiri di atasnya. Demikian juga dengan iman kita IIS. Kita dapat bertahan di tengah pergumulan sekalipun, karena kita menaruh iman kepada Pribadi yang tepat, yang bisa dipercaya, yaitu Tuhan itu sendiri.
IIS, jaminan penyertaan dan kekuatan Allah ini yang membuat Petrus kemudian berani berkata di dalam ayat 6 bahwa Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.
IIS, saya mau kita berhenti sejenak di kata pencobaan. Ini mirip bunyinya dengan Yakobus 1:2-3 – 2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. – Kata pencobaan di sana juga lebih tepat diartikan sebagai ujian. Karena cobaan itu beda lagi. Jadi ada 3 hal yang mirip di sini, yaitu:
- Ujian: tujuannya untuk menyempurnakan, memurnikan, dan menyucikan kita (Yak. 1:2-3; 1 Pet. 1:6-7
- Pencobaan: cobaan untuk menjatuhkan kita. Tidak ada pencobaan yang datang dari Tuhan (Yak. 1:13)
- Konsekuensi dosa: akibat dari perbuatan kita sendiri.
Mengapa kita perlu meneliti hal ini? Karena banyak orang berpikir bahwa Tuhan sengaja membiarkan kesulitan terjadi untuk menguji kita, padahal itu karena kesalahannya sendiri. (PPT!!!) Nah di ayat 7 Petrus ingin kita melihat bahwa ujian itu datang untuk kemurnian iman kita. Seperti emas yang ingin dimurnikan, dipisahkan dari logam-logam lain, butuh dipanaskan dahulu, dicairkan dengan api, agar emas itu bisa kembali murni.
Mengapa hal ini penting? Sebab banyak orang yang menjadi Kristen hanya sebatas pemahaman saja, atau sebatas KTP saja. Iman itu beda dengan percaya. Iman itu kita benar-benar menaruh hidup kita kepada apa yang kita percayai (contoh kursi). Nah IIS, banyak orang hanya berhenti kepada percaya saja, tapi belum beriman kepada Tuhan.
Iman Memampukan Kita Untuk Mengasihi Tuhan
Walaupun kita belum melihat Dia (Ay. 8). Sebab harapan yang kita terima, merupakan bukti kasih Tuhan yang terlebih dahulu Ia nyatakan kepada kita.
Kita tetap bersukacita, tetap dapat bertahan di tengah ujian kehidupan, mengasihi Tuhan walau banyak hal yang mungkin belum kita pahami, sebab kita sudah mencapai tujuan iman, yaitu keselamatan (Ay. 9). Ingat tujuan iman kita adalah keselamatan, bukan kenikmatan dunia, bukan kesuksesan, bukan kecantikan, kekayaan dll., tapi keselamatan. Hanya saja banyak orang yang cari gara-gara, tergoda dengan cobaan Iblis, dan malah terikat dengan dosa. Benar gak? Adam dan Hawa juga seperti itukan? Tuhan maunya hidup berdampingan, penuh kasih dan damai, tapi manusia pada dasarnya suka cari gara-gara.
Ingat bahwa tujuan iman kita adalah keselamatan. Dan itu sudah diberikan Tuhan kepada Tuhan, sehingga kita bisa tenang dan merasa aman ketika kita percaya kepada Dia. Ibarat kita dibelikan rumah oleh orang baik, semuanya sudah lunas, surat-surat sudah aman, sudah diberikan kepada kita, hanya saja kita belum masuk untuk tinggal di rumah itu. Keselamatan itu sudah kita terima, ketika kita benar-benar percaya kepada Kristus.
Sehingga, di dalam penderitaan sekalipun IIS, kita tetap dapat bersyukur, memuji Tuhan, bergembira. Karena kita tahu, bahwa Tuhan sudah memberikan kita harapan yang pasti. Dan Ia Allah yang senantiasa menjaga, melindungi kita, menguatkan kita di tengah-tengah pergumulan yang kita alami. Kata “seketika” di ayat 6 tadi berarti pergumulan yang kita alami itu hanya waktu yang singkat. Mungkin ada yang berkata, “tapi bagaimana dengan orang-orang yang bergumul bertahun-tahun hingga dia mati?” Yah tetap saja singkat jika kita bandingkan dengan kekekalan. Kita perlu liat dari sisi kekekalan. Bahwa semua yang ada di dunia ini hanya sementara.
Anugerah Yang Diberitakan Para Nabi
IIS, Petrus kemudian di Ay. 10-12 mau mengatakan dan pengharapan tentang keselamatan inilah yang diselidiki oleh para nabi yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu, yaitu tentang penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Ada begitu banyak ayat dalam PL yang berbicara tentang anugerah karya keselamatan yang Yesus akan lakukan. Saya ambil satu perikop saja, dari Yesaya 53:2-7 – 2 Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. 3 Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. 4 Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. 5 Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. 6 Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. 7 Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Yesaya lagi bicara tentang siapa dan tentang apa? Tentang kasih Tuhan yang begitu besar, Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya kita yang percaya kepada-Nya, kita tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.
Melalui Yesus Kristus, kita yang dahulu tak berpengharapan, kini penuh dengan pengharapan. – Kita yang seharusnya dicambuk, dihukum, dibinasakan, tetapi Tuhan tanggung itu semua bagi kita. Dia rela terpisah dengan Bapa di kayu salib, supaya kita tidak akan pernah lagi mengalami keterpisahan dengan Tuhan.
Sehingga ketika kita memaknai ini, kita akan tetap kuat menjalani setiap pergumulan kehidupan kita. Bukan karena kita kuat, tetapi karena Yesus pernah mengalami yang jauh lebih besar daripada penderitaan kita, dan Ia telah menang untuk kita, dan Ia berjanji tidak akan meninggalkan kita sedetikpun.
Setelah mendengar firman Tuhan ini, mungkin IIS tetap akan menghadapi realita tentang pergumulan, mungkin tetap akan berhadapan dengan kesulitan dan penderitaan. Tapi sekarang pemikiran IIS berubah. Bahwa, saya mungkin tetap mengalami penderitaan dan pergumulan, tetapi itu hanya sementara, karena Tuhan telah menanggung penderitaanku yang terbesar yaitu dosa dan kematian, untuk menyediakan keselamatan kekal bagi saya, dan tangan kasih-Nya akan setia menuntun hidupku setiap hari, hingga kelak aku bertemu dengan-Nya.
It Is Well With My Soul ditulis oleh Horatius Spafford. Seseorang yang kehilangan bisnisnya. Dan di tengah-tengah ia membangun ulang bisnisnya, ia kehilangan anak-anaknya karena tenggelam dari kapal, bahkan istrinya pun hampir mati. Pada saat ia pergi ke tempat anak-anaknya tenggelam, di sana ia menulis lagu It is Well With My Soul (KPPK 328. Jiwaku Tenanglah).
Sewaktu hidupku tenang dan aman, – ataupun susah menimpa, – 'ku di mana pun, Tuhan yang menuntun, – jiwaku, jiwaku tenanglah. – (Reff) Jiwaku, tenanglah, – jiwaku, jiwaku tenanglah.
Biarlah kita sadar, bahwa di tengah-tengah dunia yang selalu mengecewakan kita ini, penuh dengan penderitaan dan pergumulan, kita punya harapan sejati, yang telah menyelamatkan dan menjamin kehidupan kita, yang memegang tangan kita, sehingga kita bisa tenang di dalam Dia.
Ev. Ronald Chandra