Doa MENGATASI PIKIRAN LIAR WAKTU BERDOA
Pada umumnya, jika kita ditanya apa itu doa maka mungkin saja secara refleks kita akan menjawab “bahwa doa adalah nafas orang percaya.” Walaupun kita tidak mengerti benar apa maksudnya itu. Seperti halnya setiap manusia untuk hidup secara jasmani maka memerlukan makanan, demikian juga, jika kita rindu kehidupan spiritual kita terpenuhi maka kita pun harus memerhatikan kehidupan doa kita, sebab itulah nafas rohani kita. Dengan kata lain, sebagai orang percaya, jika kita tidak berdoa, maka kita tidak dapat dikatakan hidup.
Namun, permasalahannya adalah bahwa manusia memiliki kecenderungan jika sesuatu itu selalu diterima begitu saja, biasanya mereka kurang bersyukur, kurang menghargainya, bahkan kadang timbul rasa bosan. Demikian juga mengenai kehidupan doa. Doa adalah nafas kehidupan setiap kita, dan harusnya kita bersyukur jika sampai saat ini kita masih diberikan kesempatan untuk berdoa. Harusnya kita menikmati kehidupan doa kita karena di sanalah kita dapat berjumpa dan mengalami Allah, bukannya terjebak di dalam ritual dan rutinitas berdoa.
Salah satu penyebab seseorang tidak dapat menikmati kehidupan doa sehingga terjebak di dalam ritual dan rutinitas adalah karena pikiran liar mereka waktu berdoa. Jadi, walaupun sedang di dalam posisi berdoa, mereka tidak sedang berdoa, pikirannya kemana-mana tak menentu. Hal ini akan menyebabkan kekeringan spiritual, sebab di dalam kehidupan doanya mereka tidak pernah benar-benar merasakan perasaan pengalaman akan Allah.
Untuk mengatasi pikiran liar ini, seorang Teolog ataupun ahli spiritualitas, Anthony De Mello memberikan tips yakni dengan latihan penyadaran. Jadi, sebelum berdoa kita terlebih dahulu melatih kesadaran diri. Caranya adalah kita melatih seluruh indra perasa kita pada waktu kita berdoa berkesesuaian dengan tempat di mana kita berada. Misalnya, kita merasakan dinginnya lantai ketika disentuh oleh kaki kita. Kita juga merasakan berat badan kita menindih tempat di mana kita duduk, dll. Kita juga bisa menggunakan teknik pernafasan sesuai dengan Kitab Kejadian 2: 7.
Kejadian 2: 7 mengatakan “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya: demikianlah manusia itu menjadi makluk hidup”. Jadi salah satu media yang dapat kita gunakan untuk berhubungan dengan Allah adalah melalui pernafasan. Ketika pikiran liar kita muncul maka bernafaslah dengan rileks, rasakan udara keluar masuk melalui hidung Anda, rasakan udara panas yang yang keluar dan udara dingin yang masuk. Dengan fokus kepada pernafasan ini, mengaktifkan indra perasa kita dengan baik, merasakan panas dinginnya udara, maka ketika pikiran kita kemana-mana waktu berdoa, kita akan dapat menariknya kembali kemana kita sedang berada yakni berdoa. Di sanalah kita menikmati kehadiran Allah melalui pernafasan, melalui seluruh indra kita, melalui doa kita. Ingat! Merasakan, bukan memikirkan.
Sedikit berbeda dengan De Mello, untuk mengatasi pikiran liar waktu berdoa, Siriakus Maria Ndolu mengatakan bahwa ketika pikiran melayang-layang waktu berdoa, maka segera sadari itu dengan mengatakan sebuah kata kunci, misalnya “Maranatha” (Tuhan datanglah) dengan pelan. Ketika mengucapkannya maka Anda akan dibawa kembali ke tempat dan saat di mana Anda berada, pikiran Anda tidak lagi melayang-melayang, tetapi Anda telah hadir secara penuh utuh di tempat di mana Anda berada. Anda akan dapat merasakan kembali kehadiran Anda dengan sepenuhnya pada saat itu, sehingga Anda dapat merasakan kehadiran Allah di situ dan pada saat itu.
Ev. Malemmita P