Doa Mata Hati Telinga Hati
Mungkin kita berpikir apabila TUHAN berbicara kepada kita secara audible maka kita dapat mendengar Dia. Kita mengira kita mendengarkan TUHAN dengan kemampuan kita, baik itu kemampuan intelektual maupun kemampuan moral.
Pernah setelah Yesus berbicara tentang mengikuti Dia, “maka terdengarlah suara dari surga: Aku telah memuliakan-Nya, dan Aku akan memuliakan-Nya lagi!”. Orang banyak yang berdiri di situ dan mendengarkannya berkata, bahwa itu buni guntur. Ada pula yang berkata: “Seorang malaikat telah berbicara dengan Dia.” (Yohanes 12: 28).
Sekalipun TUHAN berbicara secara audible, orang banyak tetap tidak dapat mendengarkan Dia. Sangat ironis, bukan? Sebab mendengarkan suara TUHAN bukanlah tentang kemampuan telinga, tetapi telinga hati. Kita terlalu kanak-kanak apabila kita berpikir bahwa jika TUHAN berbicara secara audible, kita pasti dapat mendengarkan Dia.
Sebab “manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah” (1 Kor. 2:14). Masih ingatkah Saudara ketika Yesus berkata kepada Petrus, “Bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga.” (Matius 16:17). Artinya, pengertian Petrus akan siapa Kristus tidak berasal dari dirinya, tetapi dari Bapa di Surga.
Kita tidak mungkin dapat mengerti firman Allah jika tidak dipimpin Roh Allah. Lukas pernah mencatat, “Mereka tidak mengerti perkataan itu, sebab artinya tersembunyi bagi mereka, sehingga mereka tidak dapat memahaminya. Dan mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu kepada-Nya.” (Lukas 9:45). Mereka tidak dapat mengerti karena Roh Kudus tidak memberikan mereka pengertian (tersembunyi), dan mereka tidak berani bertanya kepada Kristus. Yesus pernah menegur murid-murid-Nya, “Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu”? (Markus 8:17).
Kedegilan hati merupakan penghalang besar terhadap mata rohani dan telinga rohani kita. Kita buta dan tuli secara rohani apabila kita tidak dapat melihat dan mendengar sama sekali atau kita dapat melihat dan mendengar, tetapi tidak dapat melihat dengan jelas dan tidak dapat mendengarkan dengan jelas. Tidak ada gunanya apabila kita mempunyai penglihatan dan pendengaran yang sempurna tetapi tidak dapat melihat dan mendengarkan TUHAN. Yesus mengatakan, “Setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku." (Yohanes 18:37).
Firman TUHAN mengatakan, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang MENGASIHI Dia.” (1 Kor. 2:9). Relasi dengan TUHAN dijalin dalam kasih. Oleh sebab itu, firman TUHAN mengatakan, “orang yang MENGASIHI Allah, ia dikenal oleh Allah” (1 Kor. 8:3).
Maukah Saudara berfokus pada mata hati dan telinga hati Saudara?
Ps. Lan Yong Xing