Artikel Oh Tuhan Pimpinlah Hidupku/Keluargaku!
Yesaya 11: 1-5
Apakah saudara tahu lembaga atau instansi yang paling tua di dunia ini? Menurut firman Tuhan, lembaga yang paling tua di dunia adalah keluarga (Kejadian 2: 24). Oleh sebab itu, tidak mengherankan, tiga dari sepuluh firman Tuhan yang terkenal itu pun berbicara tentang keluarga—Perintah kelima (keluarga) bahkan menjadi batas (pertemuan) yang kekal dan fana (relasi—perintah 1-4 relasi manusia dengan Allah, perintah 6-10 relasi antara sesama, diapit perintah kelima, relasi di dalam keluarga). Dengan demikian, keluarga mestilah menjadi tempat pertama di mana seseorang merasakan kasih yang kekal, kasih Allah. Keluarga mestilah menjadi tempat pertama di mana seseorang mengenal Allah dan bertumbuh akan pengenalan akan Dia. Pertanyaannya adalah apakah selama ini, keluarga kita telah menjadi keluarga di mana kita merasakan kasih sayang Allah dan mengenal Allah?
Sahabat-sahabat Kristus yang dikasihi dan mengasihi Allah, bulan ini kita merayakan bulan keluarga. Tentu saja, keluarga bukan hanya keluarga kita secara geneologi (keluarga di rumah), tetapi juga keluarga secara rohani (gereja). Sebagai satu keluarga kita yakin bahwa kita memiliki kepala keluarga hanya satu, yang telah berkorban untuk menyelamatkan setiap kita yakni Tuhan Yesus (Efesus 5: 22-33). Dia yang mestinya yang memimpin dan mengembalakan kita (dan keluarga kita) terlebih dahulu sebelum kita memimpin dan mengembalakan diri kita dan orang lain, sehingga hidup kita maupun keluarga kita berkenan pada-Nya.
Setiap orang sebenarnya adalah pemimpin (gembala). Mungkin kita bukan pemimpin atau gembala di sebuah gereja ataupun organisasi besar, tapi kita semua menerima tanggung jawab: seorang ayah bertanggung jawab mengembalakan keluarganya, seorang ibu mengembalakan anak-anaknya, anak-anak mengembalakan adik-adiknya, bahkan kita memimpin dan mengembalakan diri kita sendiri di hadapan Tuhan. Jadi, kepemimpinan bukan soal jabatan, tetapi tentang kesetiaan mengelola apa yang Tuhan percayakan kepada kita, yang suatu saat akan kita pertanggungjawabkan kepada-Nya.
Di dalam bacaan kita hari ini, Yesaya juga menunjukkan contoh kepemimpinan yang rusak: pemimpin yang menindas, mementingkan diri, dan menolak Tuhan. Pemimpin seperti ini membawa kehancuran bagi dirinya dan orang lain. Tetapi pemimpin yang dipimpin dan digembalakan Roh Tuhan justru menghadirkan keadilan, kedamaian, dan kehidupan yang harmonis (Yes. 11:6–11). Dalam keluarga, hal ini sangat relevan. Keluarga yang dipimpin dan digembalakanTuhan adalah keluarga yang saling memimpin dalam kasih. Seorang ayah meneladani Yesus dalam keputusan dan sikapnya. Seorang ibu menuntun anak dengan kelembutan dan hikmat. Anak-anak pun belajar memimpin diri dengan ketaatan dan tanggung jawab. Semua ini hanya mungkin jika seluruh anggota keluarga mau terlebih dahulu dipimpin dan digembalakan oleh Roh Kudus.
Yesaya 11:2 menyebut tujuh ciri pemimpin atau gembala yang dipimpin Roh: hikmat, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan akan Tuhan, takut akan Tuhan. Inilah kualitas yang seharusnya juga kita rindukan hadir dalam rumah tangga kita. Bayangkan keluarga yang hidup dengan hikmat, penuh pengertian, saling mengingatkan, saling menasihati, berani menghadapi tantangan, memiliki relasi yang intim dengan Tuhan, dan hidup dalam takut akan Dia—bukankah itu gambaran keluarga yang indah? Maka, kuncinya adalah membiarkan Kristus terlebih dahulu memimpin dan mengembalakan kita. Hanya ketika kita sendiri mau ditundukkan oleh Tuhan, kita mampu menuntun orang lain dengan benar.
John Maxwell pernah berkata, “Pemimpin sejati bukanlah pengendali, melainkan pelayan.” Keluarga yang saling mengingatkan dan melayani adalah keluarga yang benar-benar dipimpin Tuhan. Pertanyaannya adalah apakah kita sungguh-sungguh memberi ruang bagi bagi Roh Kudus untuk memimpin dan mengembalakan pikiran, pilihan, keputusan, emosi, dan tindakan kita, baik sebagai ayah, ibu, anak, maupun sebagai jemaat Tuhan? Kiranya kita berdoa “Oh Tuhan, belaskasihanilah kami, pimpinlah hidupku dan keluargaku.” Amin!
Ev. Malemmita