Artikel Missio Dei, Misi GKI Duta Mas
Kehadiran gereja tidak terlepas dari misi Allah di dalam dunia yang terluka. Kejahatan, kerakusan, ketidakadilan, eksploitasi, penindasan, dehumanisasi, kelaparan, kemiskinan, polusi, kegelisahan, ketakutan, dan kehilangan makna menggerogoti kehidupan dunia. Bagaimana sebuah gereja memahami misi Allah di dunia ini menentukan sikap dan perhatian gereja dalam orientasi pengajaran, penyusunan program serta mendorong dan mengarahkan umat untuk melaksanakan misi tersebut. Misi Allah mencakup memberkati bangsa-bangsa (Kej. 12:1-3), menjadi kerajaan imam (Kel. 19:5-6), memberitakan kabar baik kepada bangsa-bangsa (Mat. 24:14), yang juga termasuk seluruh ciptaan (Mark. 16:15), pemuridan (Mat. 28:18-20).
Kristus mengutus gereja-Nya untuk melaksanakan misi Allah di mana Ia berkata, “Damai Sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu!” (Yoh. 20:21).
Kata “damai sejahtera” diterjemahkan dari kata “eirene” (bahasa Yunani) tidak terpisahkan dengan kata “shalom” (bahasa Ibrani). Shalom atau eirene dalam Alkitab digunakan sebagai sapaan (Kej. 29:6; 43:23, 27; Luk. 2:14; Kis. 10:36). Shalom bersumber dari Yahweh (Hak. 6:24; 1 Tes. 5:23) yang membuat perjanjian Shalom (Yes. 54:10). Kristus adalah Pangeran Shalom (Yes. 9:6) yang adalah Shalom itu sendiri (Ef. 2:14-15). Shalom juga merupakan fitur Kerajaan Mesias di mana peperangan dan konflik berakhir (Yes. 2:4), penderitaan dan kematian berakhir (Why. 21:4), manusia dan binatang hidup dengan harmonis (Yes. 11:6; 62:25). Shalom mencakup ketenangan jiwa (Ayub 22:21; Yes. 26:3), produktivitas materi (Amos 9:13-15), kesehatan, kemakmuran, keamanan (Pkh. 3:8; Yes. 45:7; 57:19; Mzm. 72:1-7), keteraturan (Kej. 1:1-26), relasi yang harmonis (Kej. 1:28-30; 2:8-9; 15-17), penatalayanan (Kej. 1:28-30), keindahan dan estetika (Kej. 1:31).
Mengutip Yesaya 61:1-2 dan 58:6, Yesus memberikan pernyataan misi-Nya, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin, dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang” (Luk. 4:18).
Roh Tuhan ada pada-Ku, Ia mengurapi Aku
“Diurapi oleh Roh Tuhan” mengingatkan kita bahwa kita bukan mengerjakan agenda pribadi melainkan kita menerima mandat dari Allah yang adalah Sumber Kehidupan, Sumber Cinta kasih. Tuhan bersabda, “Engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: “Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau”; janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau; janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yes. 41:9-10).
Yang miskin - Siapakah “orang miskin”? Saya menegaskan bahwa setiap orang di dunia ini adalah orang miskin. Tidak ada satupun orang yang kaya di hadapan Allah kecuali orang yang memperkaya diri sendiri dan merasa kaya. Ada orang yang miskin secara ekonomi untuk makan hari-hari pun menjadi persoalan, ada yang miskin karena merupakan korban sistem yang tidak adil, sistem yang menindas yang lemah, ada juga orang-orang yang miskin persahabatan yang hidupnya sangat kesepian. Persahabatan yang ia miliki hanya persahabatan bisnis, persahabatan profit/keuntungan (trading-friendship). Ada yang miskin cinta kasih, hidupnya kering tidak berarti. Sejak kecil merasa ditolak oleh orangtua, dibenci oleh orangtua, ditolak oleh teman-teman. Hidupnya menjadi pahit akibat miskin cinta kasih. Ada yang miskin karena anaknya meninggal dunia. Orangtua yang anaknya meninggal adalah orang miskin. Perasaan kehilangan yang sangat menyakitkan.
Yang tertawan - Ada banyak orang yang menjadi tawanan - tawanan politik, tawanan teroris, tawanan sistem yang kompetitif, tawanan kiasu (takut kalah), tawanan kiasi (takut mati), tawanan kiabo (takut istri), tawanan kia-ang (takut suami). Ketakutan bukanlah relasi yang sehat. Ada juga yang menjadi tawanan gambar diri yang tidak sehat seperti memiliki gambar diri yang rusak (broken self-image) membenci diri sendiri, merasa hidupnya rusak tidak berarti.
Yang buta - Selain buta secara fisik, ada banyak orang yang buta karena keterbatasan pengetahuan dan karena kebutaan spiritual. Banyak yang tidak dapat melihat karena dikelabui, ditipu dan dibodohkan oleh orang-orang yang berniat jahat. Mereka adalah orang-orang yang membutuhkan inspirasi dan motivasi. Mereka membutuhkan pengetahuan yang benar yang membebaskan dan memberikan mereka penglihatan.
Yang tertindas - Banyak juga orang yang tertindas baik karena tindasan politis, sistem ekonomi kapitalis dan sebagainya. Ditindas oleh bos atau atasan yang tidak manusiawi. Ditindas oleh suami atau istri yang sangat egosentris. Ditindas oleh teman-teman melalui media sosial. Membenci, menghina, meremehkan, merendahkan juga termasuk dalam bentuk penindasan
Singkat kata, misi Allah adalah memulihkan shalom bagi manusia dan seluruh ciptaan. Shalom merupakan imajinasi kenabian atau “prophetic imagination” bagi seluruh ciptaan (Walter Brueggemann). Shalom merupakan kondisi yang seharusnya atau “what life is supposed to be” (Cornelius Plantinga). Shalom merupakan visi Alkitab sebagai paradigma utama atau “overarching vision” bagi pemulihan ciptaan (Nicholas Wolterstorff). Misi kekristenan dalam mewujudkan shalom adalah mengupayakan kehidupan yang berkelimpahan atau “human flourishing” (Miroslav Volf). Misi Kristus adalha menciptakan kehidupan sosial yang mekar atau “floursihing societies” (Ellen Charry). Jadi, gereja tidak sebatas mengajar dan membekali murid-murid Kristus (Mat. 28:19-20) tetapi juga berorientasi pada kehidupan yang berkelimpahan (Yoh. 10:10). Sebab tujuan akhir dari karya keselamatan Kristus adalah kehidupan yang berkelimpahan yang akan digenapi melalui pembaruan ciptaan dalam langit dan bumi yang baru.
Budaya Tionghoa dan modernisme
Dalam budaya Tionghoa, kehidupan yang berkelimpahan atau kebahagiaan dipahami dalam bentuk keharmonisan keluarga dengan makan bersama yang sangat ditekankan dalam festival musim semi (Chinese New Year Eve) dan festival Cap Goh Meh (Mid-Autumn Festival). Orang Tionghoa memahami kebahagiaan atau 福 (fu) sebagai pemberian Allah oleh sebab itu, dalam tradisi Imlek, orang Tionghoa suka menggantungkan huruf 福 (fu) terbalik sebagai bentuk permohonan doa agar berkat dicurahkan Tuhan dari langit. Kaum Taoist berfokus pada hal-hal yang bersifat supranatural. Kaum Confucianis berorientasi pada pengembangan nilai 仁 (ren) yakni nilai-nilai luhur kemanusiaan atau manusia yang bermoral dan beretika. Di tengah arus modernisasi, kebahagiaan dalam bentuk konsumeris (kenikmatan dengan berbelanja), hedonis (kenikmatan sensual) dan narsistis (kenikmatan menjadi sorotan perhatian) juga menyusup ke dalam budaya Tionghoa. Manusia modern menganut konsep kebahagiaan demikian memiliki motto, “I shop therefore I am”, “I enjoy thefore I exist”, “I am seen therefore I am”. Belum lagi persoalan rasisme, gejolak politik, gejolak perekonomian, kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan dan perasaan tidak aman yang terus menggerogoti jiwa. Walter Brueggemann menyerukan agar umat Tuhan menjadi komunitas alternatif di tengah arus budaya dominan yang konsumeris, eksploitatif, dan dehumanis.
Mitra Allah
GKI memahami gereja sebagai mitra Allah (1 Kor. 3:9) “yang dipanggil dan diutus Allah untuk berperanserta dalam mengerjakan misi Allah, yaitu karya penyelamatan Allah di dunia” (Mukadimah, poin 2). Dan misi tersebut “dilaksanakan oleh seluruh anggota gereja dalam konteks masyarakat, bangsa, dan negara di mana gereja ditempatkan” (Mukadimah, poin 3). Gereja mesti terus melakukan pembangunan gereja di tengah kondisi yang sangat dinamis. Untuk itu, GKI Duta Mas perlu mempersiapkan diri dan melengkapi diri di tengah dunia yang berubah dan berkembang agar dapat melaksanakan tugas panggilannya. Misi Gereja adalah “mengusahakan kesejahteraan, keadilan, perdamaian, dan keutuhan ciptaan” (Mukadimah, poin 10). Dalam melaksanakan missio dei, GKI dipanggil untuk mentransformasi struktur dunia. Sebagai Dutch-Reformed Church, GKI adalah yang Wolterstorff sebut dengan istilah “reformative-Christianity” dengan motto diinspirasi oleh Firman Tuhan untuk mentransformasi dunia (inspired by the word to transform the world). “Daun Hijau” yang memulihkan (Why. 22:2) merupakan “image” alkitabiah yang baik bagi GKI Duta Mas dalam melaksanakan misi Allah. “The Green Leaf” dalam kota Yerusalem Baru memberikan pengharapan akan pemulihan Taman Eden.
Dalam melaksanakan misi Allah, GKI Duta Mas membutuhkan paradigma dasar. Dimensi shalom - persahabatan, kasih, keadilan, kesenangan dapat paradigma dasar sekaligus nilai-nilai (values) bagi GKI Duta Mas. Kiranya GKI Duta Mas dapat menghidupi dan mengimpartasi dimensi shalom yang mencakup kasih (re-ordered-loved), keadilan (primary justice) dan kesenangan (delight). Kiranya GKI Duta Mas dapat menjadi jemaat yang bersahabat dengan Kristus dan sesama, baik dalam aspek spiritual (sahabat Kristus), kepemimpinan (kolektif-kolegial), sesama gereja, sosial-masyarakat, pemerintah, dan bumi ciptaan Allah (eikoumene). Mari kita menjadi the agents of human flourishing dalam melaksanakan missio dei.
Soli Deo Gloria, to God be the glory
Batam, 12 Agustus 2016
Pdt. Lan Yong Xing