Search

Artikel Apakah Yefta Mengurbankan Putrinya?

Hakim-hakim 11

Apakah Yefta mengurbankan putrinya?

Sebelum berperang, Yefta bernazar kepada Tuhan terdapat di Hakim-hakim 11:30-31

"Jika Engkau sungguh-sungguh menyerahkan bani Amon ke dalam tanganku, maka apa pun yang keluar dari pintu rumahku untuk menemui aku ketika aku kembali dengan selamat dari bani Amon, akan menjadi milik TUHAN, dan aku akan mempersembahkannya sebagai kurban bakaran."

Yefta menang perang. Hatinya bergembira. Namun, saat tiba di rumah, hatinya hancur. Bukan domba yang keluar dari rumahnya, tetapi putrinya sendiri, anaknya yang tunggal yang menyambut dirinya dengan tarian dan rebana. Mengapa tidak terpikir oleh Yefta bahwa putrinya bakal keluar dari rumah untuk menyambutnya? Apakah Yefta hanya membayangkan kambing atau domba yang akan keluar dari rumahnya?

Hakim-hakim 11:39 mencatat bahwa Yefta melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya. "Gadis itu tidak pernah berhubungan dengan laki-laki."

Ada yang memandang Yefta mempersembahkan putrinya sebagai kurban bakaran. Dia beriman kepada Tuhan, tetapi melanggar perintah Tuhan dengan membunuh putrinya sendiri. Dia menunjukkan komitmen tanpa hikmat. Komitmen tanpa pengenalan akan Allah. Dia salah mengerti kehendak Allah. Dia lebih memilih kesombongan rohani daripada takut akan Tuhan.

Namun, apabila kita ingin memandan Yefta secara positif, kita juga dapat menyimpulkan bahwa dia tidak mempersembahkan putrinya sebagai kurban manusia. Artinya, Yefta mendedikasikan putrinya sebagai pelayan bagi Tuhan seperti yang dilakukan Hana terhadap Samuel. Dengan kata lain, putri Yefta tidak menikah hingga kematiannya. Para perempuan meratapi kondisi putri Yefta yang tidak menikah dan akan melayani di kemah suci seumur hidupnya.

Terlepas yang mana pandangan kita apakah Yefta membunuh putrinya atau tidak, bagian firman Tuhan ini menunjukkan sekalipun seseorang dipenuhi Roh Tuhan, ia tetap rentan terhadap perbuatan bodoh. Orang-orang yang rohani tetap saja bisa lengah dan jatuh. Tuhan lebih menyukai ketaatan daripada persembahan. Tuhan lebih suka kesetiaan daripada kurban persembahan. Tuhan tidak membutuhkan dedikasi gegabah kita. Tuhan mau kita mempersembahkan diri kita dalam ketaatan, bukan dalam kecerobohan.

Apakah Anda ceroboh dalam berkata-kata? Apakah Anda lebih berkomitmen dalam perkataan daripada dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan? Kisah Yefta mengingatkan kita untuk tidak gegabah dalam perkataan. Jangan gegabah dalam berkata-kata sekalipun menyatakan dedikasi Saudara kepada Tuhan.

Hati-hati itu baik!

Ps. Lan Yong Xing