Search

Artikel Aku Sudah Melihat Dan Mendengar, Bagaimana Dengan Hatiku?

Yohanes 12:44-50

Ketika kita belajar tentang bacaan sebelumnya minggu lalu (Yoh 12:37-43), kita bisa lihat reaksi orang-orang yang melihat dan mendengar tentang Tuhan Yesus. Mereka tidak percaya meskipun Tuhan Yesus telah mengadakan banyak tanda dan mujizat di depan mata mereka, ada juga yang percaya tapi karena takut dikucilkan oleh orang Farisi, akhirnya mereka tidak mengakuinya. Alasannya karena mereka lebih menyukai kehormatan manusia dibandingkan kehormatan Allah. Sebenarnya Tuhan Yesus juga sayang terhadap orang-orang ini dan kita bisa lihat di tengah respon negatif mereka, Tuhan Yesus berusaha membuat mereka mengerti dan memahami arti kehadiranNya di dalam dunia

Lalu Yesus berseru: "Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; Siapa yang melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku. 12:44-45

Seeing is believing.

Pada kata “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku”, maksud Tuhan Yesus tentu saja bukan berarti  jangan percaya kepada diriNya, tapi dibaca seperti ini, siapa yang percaya kepada Tuhan Yesus, bukan hanya percaya kepada diriNya saja, tapi juga percaya kepada Bapa, Tuhan Allah yang telah mengutus diriNya karena memang kedatangan Tuhan Yesus untuk memulihkan hubungan antara Tuhan Allah dengan manusia. Melalui pengalaman bersama Tuhan Yesus (melihat apa yang dilakukanNya dan mendengar perkataanNya), hubungan antara Bapa dengan kita dipulihkan. Tanpa Tuhan Yesus, mereka sulit memahami Bapa itu seperti apa, mungkin hanya tahu bahwa Tuhan kudus, Tuhan itu baik, tapi tanpa memahami kebaikannya seperti apa, keadilannya seperti apa, kekudusannya seperti apa. Sama kan dengan kita, terkadang kita hanya tahu teori, bahwa Allah ini begini dan begitu, hanya bersifat pengetahuan bukan relasional. Padahal hubungan dengan Tuhan itu bersifat relasional. Melalui pengalaman, kita tahu bahwa Allah itu kebaikannya seperti apa, kekudusanNya seperti apa dan keadilanNya seperti apa, hikmatNya seperti apa. Kalau kita perhatikan dengan seksama hidup kita, pasti kita dapat mendengar hikmatNya melalui perenungan firman dengan apa yang kita lakukan sehari-hari.

Contoh : Perhatikan ketika kita gotong royong bersih-bersih gereja, apakah kita memperhatikan dengan seksama pada waktu kita bersih-bersih? Perhatikan dalam membersihkan gereja, ada saja sudut sudut sempit yang ternyata kotor, dan harus dengan susah payah dibersihkan belum lagi jika badan kurang tinggi, akan sulit untuk menjangkau daerah tersebut, maka kita minta bantuan orang lain yang lebih tinggi untuk membantu membersihkannya. Demikian juga dengan kehidupan kita, pasti ada sudut-sudut kotor, yang perlu kita bersihkan, mungkin tidak nampak dari luar oleh orang lain, namun ternyata ada. Tubuh kita adalah bait Allah yang perlu kita bersihkan tiap hari. Terus berjuang menjaga kekudusan diri kita, mohon Tuhan yang membantu bersihkan untuk bagian-bagian yang sulit untuk kita bersihkan. 

Aku telah datang ke dalam dunia sebagai terang, supaya setiap orang yang percaya kepada-Ku, jangan tinggal di dalam kegelapan. Yoh 12:46

Tujuan Tuhan Yesus berikutnya adalah agar manusia hidup dalam terangNya, tidak lagi tinggal dalam kegelapan. Kalau kita percaya harusnya kita tidak tinggal dalam kegelapan. Ada firman Tuhan yang menerangi hidup kita. Ingat bahwa firman Tuhan itu terang yang menunjukan kepada jalan kebenaran dan hidup.  Keraguan terhadap firman Tuhan merupakan pengaruh dari dosa.

Ingat bahwa dosa itu menipu, menawarkan kebebasan dan kesenangan namun pada akhirnya menuju kepada perbudakan, keterikatan (belenggu dosa), kehancuran dan kehampaan hidup. Jika kita percaya bahwa kita adalah anak terang, maka kita percaya bahwa tujuan Tuhan bagi kita bukanlah untuk tetap berada dalam kegelapan namun justru menarik kita untuk hidup dalam terang.

Jika timbul keraguan dengan adanya orang-orang yang mendengarkan firman Tuhan dan tidak melakukannya, kemudian koq kehidupan orang itu sepertinya baik-baik saja. Belum saatnya, dihakimi, karena akan ada waktunya. Nanti pada akhir jaman, dan kita semua akan dihakimi sesuai firmanNya.

Jikalau seorang mendengar perkataan-Ku, tetapi tidak melakukannya, Aku tidak menghakiminya, sebab Aku datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Siapa yang menolak Aku, dan tidak menerima perkataan-Ku, ia sudah ada hakimnya, Firman yang telah Kukatakan, itulah yang akan menghakiminya pada akhir zaman. Yoh 12:47-48

Bagaimana caranya agar aku benar-benar percaya sepenuhnya kepada Tuhan?

  • Merendahkan hati di hadapan Tuhan.

Tanpa merendahkan hati di hadapan Tuhan, maka kita akan sulit atau bahkan tidak mungkin percaya kepada Tuhan. Hal tersebut karena kita selalu menyanggah atau menyangkal apa yang Tuhan perlihatkan kepada kita. Lihatlah contohnya bangsa Israel, pada waktu membebaskan mereka dari tanah Mesir. Kurang banyak apalagi mujizat dan penyertaan Tuhan yang mereka lihat dan dengar? Namun kebebalan, pembenaran pemikiran sendiri, membuat mereka tidak percaya terhadap tuntunan Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.

Walaupun kadangkala kita tidak mengerti maksud Tuhan seperti apa, tapi belajarlah untuk menerima dan menjalaninya dengan taat dan benar, berdasarkan kebenaran Tuhan. Jangan bebal, membantah, terima saja dan mohon Roh Kudus untuk membantu kita mengerti apa yang Tuhan maksudkan.

  • Memaknai apa yang Tuhan ajarkan.

Belajar terus untuk mengerti dan memahami apa yang telah Tuhan ajarkan kepada kita. Jadikan hal tersebut pegangan dalam kehidupan kita, jangan dilupakan. Itulah pentingnya jurnal (untuk membantu mengingat kembali perjalanan kita dalam melihat dan mendengarkan firman Tuhan). Perhatikan dengan sungguh-sungguh bagaimana kita hidup, karena Tuhan dapat menunjukkan hikmatNya melalui perjalanan hidup yang kita lalui, tapi kita harus ingat bahwa semuanya itu sesuai dengan firman Tuhan

  • Terima berkat Tuhan dengan penuh sukacita.

Ketika menerima pengajaran Tuhan, bukankah seharusnya hati kita bersukacita. Terkadang yang menghambat sukacita yang Tuhan berikan adalah diri kita sendiri. Saya teringat ketika melakukan gotong royong ada 2 orang anak kecil yang membersihkan toilet. Mereka melakukannya dengan sungguh-sungguh dan bersukacita, sehingga pekerjaan yang mereka lakukan tidak terasa berat tapi malah yang terasa menyenangkan. Padahal kalau kita lihat dari kacamata orang dewasa, pekerjaan membersihkan toilet bukan pekerjaan yang menyenangkan. Bau, kotor, bekas kotoran manusia. Namun justru cara pandang manusia seperti itu yang pada akhirnya membelenggu diri kita. coba jika kita lihat dari sudut pandang Tuhan, adalah sesuatu yang sangat berharga ketika ada anak Tuhan yang rela hati membersihkan Rumah Tuhan di bagian yang paling bau dan kotor seperti itu. Saudara tentu bisa bayangkan perasaan Tuhan ketika ada anakNya yang rela melakukannya bahkan dengan sukacita. Terkadang kita perlu merendahkan diri seperti anak kecil yang menerima tuntunan Tuhan dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan sehingga kita benar-benar bisa merasakan berkat Tuhan yang luar biasa dalam hidup kita.

Apa contoh dari orang yang percaya kepada Tuhan?

Sebab Aku berkata-kata bukan dari diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang mengutus Aku, Dialah yang memerintahkan Aku untuk mengatakan apa yang harus Aku katakan dan Aku sampaikan. Dan Aku tahu, bahwa perintah-Nya itu adalah hidup yang kekal. Jadi apa yang Aku katakan, Aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh Bapa kepada-Ku." Yoh 12:50

Dia akan melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa dalam hidupnya, sama seperti apa yang dialami oleh Tuhan Yesus. Dalam hidup Tuhan Yesus, tujuannya adalah agar setiap orang yang percaya kepadaNya datang kepada Bapa. Apakah tujuan kita di duniapun seperti itu? Kehadiran kita di dunia ini, membawa orang untuk datang kepada Bapa, bukan kepada kita. Artinya kehadiran orang di sekeliling kita akan mengarahkan dirinya untuk lebih dekat kepada Bapa dibandingkan kepada kita.

Menjadi serupa dan segambar dengan Tuhan Yesus. Seperti lagu,”Ku mau sepertiMu Yesus”, memang harusnya seperti itu. Jadi setiap orang yang berada dekat kita, merasakan Tuhan tinggal di dalam hidup kita. Artinya apa yang kita lakukan merupakan cerminan Tuhan yang tinggal dalam hidup kita.

Sudah melihat dan mendengar tidak menjamin akan menjadi percaya, diperlukan kerendahan hati untuk merenungkan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita!

Ps. Anthonius Widjaja