Artikel Setelah Ujian Perapian
Daniel 3:30
Nebukadnezzar marah besar, bahkan begitu besar hingga perapian DIPANASKAN SECARA LUAR BIASA yang membakar mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego (Dan. 3:22). Sadrakh, Mesakh dan Abednego setia (mungkin juga ganteng) bukan karena mereka mengetahui jika mereka akan diselamatkan. Mereka sudah menyerahkan diri untuk mati di perapian tersebut. Nebukadnezzar menyaksikan kesetiaan dan keselamatan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Nebukadnezzar melarang keras siapa pun menghina Allah Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Selain itu, Nebukadnezzar juga mengangkat mereka bertiga ke dalam jabatan tinggi di wilayah Babel (Dan. 3:30).
Perapian dalam kehidupan kita merupakan ujian terhadap kesetiaan kita kepada Allah. Terkadang perapian tersebut DIPANASKAN SECARA LUAR BIASA. Ujian yang kita lewati membuat kita makin dewasa. Untuk melewati sebuah ujian, kita butuh melihat dengan jelas. Dalam setiap kepemimpinan, kita sangat membutuhkan hikmat di mana kita dapat melihat segala sesuatu berdasarkan apa yang Tuhan hendak kita lihat. Bagi Nebukadnezzar, perapian ini adalah hukuman mati. Bagi tiga sahabat Daniel ini, perapian adalah kemuliaan Allah.
Padahal setelah tiga orang ini selamat dari perapian, Nebukadnezzar bisa saja memenggal kepala mereka. Selain melihat kemuliaan Tuhan, Nebukadnezzar juga melihat kualitas karakter Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Mereka dapat dipercaya karena mereka berintegritas. Apakah kesetiaan kita kepada bos atau atasan kita melebihi kesetiaan kita kepada Allah?
Ps. Lan Yong Xing