Search

Artikel Menenangkan Hati

1 Yohanes 3:19-20

Kita sering mengikuti hati kita. Kita mungkin mengikuti gerakan perasaan kita seperti senang, sedih, marah, kesal, gembira, sakit hati dan masih banyak lagi. Atau kita mengikuti keinginan hati kita, seperti mengingini apa yang orang lain miliki dan nikmati. Atau kita mengikuti perkataan hati kita, ketika hati kita menuduh kita dengan berbagai perasaan bersalah berkepanjangan. Merasa bersalah diperlukan untuk pertobatan. Setelah bertobat (memperbarui cara pikir) dan mengambil keputusan untuk kembali melakukan kebenaran Tuhan, maka perasaan bersalah tersebut harus berhenti.

Firman Tuhan mengingatkan, "Demikianlah kita ketahui bahwa kita berasal dari KEBENARAN dan boleh MENENANGKAN HATI kita di hadapan Allah, bilamana hati kita menuduh kita. Sebab, Allah lebih besar daripada hati kita serta MENGETAHUI SEGALA SESUATU." (1 Yoh. 3:19-20).

Allah lebih besar dari hati kita serta mengetahui segala sesuatu. Kita harus lebih mendengarkan perkataan Allah daripada perkataan hati kita. Benar bahwa Allah berbicara ke dalam hati kita. Oleh sebab itu, kita harus mempertajam intuisi kita dalam membedakan mana suara Allah dan mana suara hati kita. Sama halnya di mana kita harus membedakan mana kehendak Allah dan mana bukan kehendak Allah (Roma 12:2). Saya menemukan praktik kesadaran (mindfulness) sangat berguna dalam memperhatikan suara Allah. Yakni dengan sungguh-sungguh merenungkan firman-Nya.

Ps. Lan Yong Xing