Search

Artikel Mata dan Mulut yang tidak pernah puas

Pengkhotbah 6:7-9

Sudah pernah melihat dan memakannya, tetapi ingin lagi? Sudah pernah menikmati teh tarik yang enak di Malaysia dan ingin kembali untuk menikmatinya lagi. Sudah pernah menikmati matcha dan sashimi enak di Hokkaido dan ingin kembali ke sana untuk menikmatinya lagi. Sudah menikmati coklat dan pemandangan surgawi di Switzerland, dan ingin kembali ke sana untuk menimatinya lagi. Sudah pernah mencicipi nikmatnya kopi dan nasi goreng Belakang Padang dan ingin kembali ke sana untuk menikmatinya lagi.

Firman Tuhan mengatakan, "Segala jerih payah manusia hanya untuk mulutnya, namun ia TIDAK PERNAH PUAS" (Pkh. 6:7). Bahasa Teochewnya, "thamciak." Firman Tuhan juga mengajarkan, "Lebih baik yang sudah tampak di depan mata daripada menuruti nafsu. Ini pun kesia-siaan dan usaha menjaring angin." (Pkh. 6:9). Kita ingin melihat dan memakan apa yang ada di kejauhan untuk memuaskan keinginan kita. Sekalipun kita memperolehnya dan menikmatinya, itu pun kesia-sian.

Apakah Pengkhotbah mengajarkan nihilisme? Tentu tidak! Pengkhotbah memberikan prinsip segala sesuatu di luar Tuhan, termasuk segala keinginan adalah kesia-siaan. Pengkhotbah mengajarkan bahwa kepuasan yang sesungguhnya dalam kehidupan ini adalah takut akan Allah dan menuruti perintah-perintah-Nya (Pkh. 12:13). Bahkan ini merupakan kewajiban setiap orang.

Ps. Lan Yong Xing