Artikel Kekuatan Orang Yang Dipilih-Nya 祂所拣选之人的力量
Yesaya 22:20-24
Sejak dahulu kala, makam merupakan bagian yang sangat signifikan bagi manusia. Abraham membeli tanah dari orang Het untuk pemakaman Sarah (Kej. 23). Dalam budaya Tionghua juga ada Ceng Beng (Qing Ming) untuk ziarah ke makam leluhur. Makam menjadi signifikan karena setiap manusia pasti mati dan harus dikuburkan (sebelum adanya teknologi kremasi). Kita pernah beberapa kali membicarakan bagaimana mempersiapkan kematian diri sendiri maupun keluarga kita. Selain tidak meninggalkan masalah dan perdebatan kepada keluarga yang ditinggalkan, membicarakan kematian penting agar diri kita sendiri sadar bagaimana kita hidup di dunia.
Roma 14:8
Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.
Secara keseluruhan, Yesaya 22 mengambarkan bagaimana respon masyarakat ketika hari kegemparan tiba. Mereka mempersiapkan kematiannya dengan kegirangan 吃喝玩乐 Chīhē wánlè.
Yesaya 22:12-13
Pada waktu itu, Tuhan, ALLAH Semesta Alam, menyerukan agar orang menangis dan meratap, menggunduli kepala dan melilitkan kain kabung; tetapi lihat, yang ada malah kegirangan dan kegembiraan, orang membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur, sambil berseru, “Marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati!”
Yesaya 22 mencatat firman Tuhan kepada Sebna, yang disebut sebagai yang mengurus istana. Kita tidak tahu apakah Sebna disini sama dengan Sebna sekretaris kerajaan pada masa pemerintahan raja Hizkia (2 Raj. 18:18 dan 37; 19:2), karena bisa saja namanya sama tetapi beda orang. Tetapi sosok Sebna disini adalah seorang yang memegang jabatan tinggi dan orang yang mementingkan diri sendiri ketika negara sedang mengalami masa krisis.
Yesaya 22:16
Apa urusanmu di sini? Siapa nenek moyangmu di sini, sampai engkau menggali kubur bagimu di sini, hai yang menggali kubur di tempat tinggi, yang memahat kediaman di bukit batu?
Makam dianggap penting pada zaman tersebut karena menunjukkan status dan peninggalan nama. Ketika negara sedang mengalami krisis, Sebna sibuk memahatkan namanya untuk dikenang dan memuliakan diri sendiri dengan berpikir ia akan mati dan dimakamkan dengan hormat. Sehingga Tuhan bertanya, “Apa urusanmu di sini?”. Jabatan Sebna sebagai pengurus istana tidak ada gunanya karena ia hanya memakai jabatan tersebut untuk membangun diri sendiri. Nubuat tentang Sebna yaitu Tuhan akan melontarkannya jauh-jauh, mencengkeramnya dengan kuat-kuat dan menggulungnya keras-keras menjadi gulungan dan menggulingkannya seperti bola ke tanah yang terbentang luas (Yes. 22:17-18). Disitulah ia akan mati dengan kereta-kereta kebesarannya. Aku akan melemparkan engkau dari jabatanmu, dan dari kedudukanmu engkau akan dijatuhkan (Yes. 22:19). Makam yang mewah dan bergengsi yang disediakan bagi dirinya sendiri pada akhirnya tidak ada gunanya, karena ia akan mati di pembuangan.
Matius 23:12
Siapa saja yang meninggikan diri, ia akan direndahkan dan siapa saja yang merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
TUHAN merendahkan Sebna yang meninggikan diri, dan meninggikan Elyakim yang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan.
Hak Istimewa + Tanggung Jawab
Yesaya 22:20-21
Pada waktu itu, Aku akan memanggil hamba-Ku, Elyakim bin Hilkia: Jubahmu akan Kukenakan kepadanya ikat pinggangmu akan Kuikatkan padanya, dan kekuasaanmu akan Kuserahkan ke dalam tangannya; ia akan menjadi bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda.
Sebuah jabatan tidak serta merta tentang kuasa, tetapi selalu disertai dengan tanggung jawab. Elyakim bin Hilkia dikenakan jubah dan ikat pinggang sebagai kepala istana yang berkuasa. Selain memiliki hak istimewa, kekuasaan yang dimiliki itu harus digunakannya untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai bapa bagi penduduk Yerusalem dan bagi kaum Yehuda (Yes. 22:21). Karena pada kondisi krisis, masyarakat kehilangan arah dan hidup dalam kekacauan. Sebagai bapa bagi penduduk, Elyakim harus mendidik, mengajar dan mengarahkan penduduknya kembali kepada TUHAN. Bukan membiarkan penduduknya makan minum dan bersenang-senang karena besok mati, melainkan datang berharap kepada Tuhan.
Otoritas + Tanggung Jawab
Yesaya 22:22
Aku akan menaruh kunci rumah Daud di atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Kunci melambangkan akses dan kendali atas sumber daya dan keputusan kerajaan. Elyakim memiliki jabatan yang memiliki akses yang luas dan juga pengambilan keputusan penting.
Dasar yang Teguh + Tanggung Jawab
Yesaya 22:23-24
Aku akan menancapkan dia seperti patok pada tembok (tempat) yang kokoh sehingga ia akan menjadi kursi kebesaran bagi kaum keluarganya. Padanya akan digantungkan segala tanggungan kaum keluarganya: tunas dan taruk, segala perlengkapan yang kecil, dari cawan sampai periuk belanga.
Dalam bahasa asli, lebih tepatnya patok yang ditancapkan pada tempat yang kokoh. Patok digunakan untuk mengamankan tenda, juga bisa ditancapkan ke tembok untuk mengantung sesuatu. Patok disini sebagai metafora seseorang yang dipakai Tuhan sebagai patok untuk menanggung tanggung jawab yang Tuhan berikan kepadanya. Karena patok tersebut ditancapkan pada fondasi yang kokoh, patok tersebut pun dapat bertahan dan kokoh menanggung tanggungan yang diikat padanya. Elyakim dipakai Tuhan sebagai sosok pemimpin yang dapat diandalkan. Ia seperti patok yang kokoh dan kuat, yang padanya akan digantung segala tanggungan bangsanya. Elyakim harus cukup kuat untuk memikul tanggung jawab yang “mulia” dan juga beban “perlengkapan yang kecil” yang tak terhitung jumlahnya.
Bagaimanakah kita hidup di masa-masa krisis?
“Sebab besok kita mati” dan Sebna memilih mendirikan makam. Kegagalan Sebna dimulai bukan karena ia mendirikan makam, tetapi ketika Sebna gagal memimpin dirinya menjalankan tanggung jawabnya. Yesaya 22 mengangkat isu Sebna yang mendirikan makam sebagai simbol bahwa pilihan Sebna dalam membangun hal-hal yang sia-sia. Sebna hidup tetapi mati. Ia memiliki hak istimewa, otoritas dan kursi kebesaran, tetapi ia sama sekali tidak menjalankan tanggung jawabnya.
Elyakim sebaliknya, pada masa-masa krisis, ia memimpin dirinya kepada TUHAN. Elyakim menjabat sebagai kepala istana pada masa pemerintahan Hizkia. Pada masa itu sedang terjadi krisis negara. Bangsa Yehuda sedang dikepung oleh Asyur. Mereka direndahkan oleh utusan dari Asyur agar menyerah saja (2 Raj. 18). Masyarakatnya sendiri mulai ketakutan, bahkan ada yang sudah putus asa dan mengatakan “besok kita mati”. Hizkia mengutus Elyakim dan Elyakim memimpin orang-orang dibawahnya menghadap utusan Asyur dan mendengar semua ejekan. Ia pulang kepada Hizkia dengan pakaian yang dikoyak. Bersama dengan raja Hizkia, mereka pun berselubungkan kain kabung dan datang meminta petunjuk Tuhan.
Setiap kita adalah royal steward atau pelayan Kerajaan Allah. Ketika kita datang kepada TUHAN dengan kerendahan hati dalam menjalankan tanggung jawab kita, TUHAN sendiri akan membekali kita dengan KEKUATAN DARI-NYA.
Wennie Dong